Waspada, Kanker Lambung Sering Disalahartikan Sebagai Sakit Maag

Sakit perut
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Tanda-tanda awal kanker lambung jarang terdeteksi oleh pasien. Sebab, kebanyakan penderita mengira gejalanya sebagai sakit maag biasa. Karena tidak bergejala pada stadium awal, sebagian besar pasien biasanya datang ketika sudah terlambat atau sudah pada stadium lanjut. 

Bea Cukai Ajak Masyarakat Berantas Rokok Ilegal di Jember dan Banyuwangi

Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP, menjelaskan faktor-faktor risiko terkena kanker hanya 5-10 persen yang diakibatkan oleh faktor genetika.

Sedangkan 90-95 persen disebabkan oleh faktor lingkungan yang meliputi diet (30-35 persen), rokok (25-30 persen), infeksi (15-20 persen), obesitas (10-20 persen), alkohol (4-6 persen) dan lain-lain (10-15 persen).

Pasal Tembakau di RPP Kesehatan Dinilai Ancam Pelaku Usaha dan Budaya Indonesia

"Dengan demikian, kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker," ujarnya dalam webinar Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Senin 16 November 2020. 

Lebih lanjut, Profesor Aru, menjelaskan faktor risiko kanker lambung kebanyakan diderita oleh pasien berusia 60-80 tahun dan disebabkan oleh Helicobactor pylori, rokok, obesitas, makanan yang diproses atau diasinkan, dan genetika. 

Jalin Sinergi, Bea Cukai Madura dan Satpol PP Bangkalan Gelar Sosialisasi Gempur Rokok Ilegal

"Penyebab meningkatnya risiko kanker lambung secara kondisi medis karena adanya infeksi helicobacter pylori pada lambung, metaplasia usus, atrophic gastritis kronis, anemia pernisiosa, ataupun polip lambung," tutur dia. 

Sedangkan secara genetik, menurut Aru, penyebab meningkatnya risiko adalah jika ibu, ayah, kakak atau adik memiliki kanker gaster, golongan darah A, Li-fraumeni syndrome, familial adenomatous polypsis (FAP), dan hereditary nonpolyposis colon cancer.

Berada dalam diskusi yang sama, General Manager Taiho Pharma Singapore PTE. LTD. Jakarta Representative Office, dr. Ervina Hasti Widyandini mengatakan, diagnosis dan terapi pada stadium dini diharapkan memiliki tingkat keparahan dan prognosis yang lebih baik, ketimbang bila dideteksi dan diterapi ketika sudah masuk stadium lanjut. 

"Untuk itu, penting sekali untuk kita dapat mengenali gejala-gejala gangguan lambung apa saja yang harus kita waspadai dan ditindaklanjuti. Apakah berupa penyakit lambung biasa yang umum dikenal sebagai sindroma dyspepsia, ataukah mengarah ke keganasan atau kanker lambung," kata dia. 

Agar tidak terlambat melakukan deteksi dini kanker, Ervina mengimbau masyarakat perlu mewaspadai gejala-gejala umum kanker, di antaranya sebagai berikut. 

"Seperti terjadinya benjolan, rasa lemah dan lesu, berat badan menurun drastis, nyeri yang tidak hilang, BAB berubah pola, suara menjadi bindeng atau serak, nafsu makan hilang, mual dan muntah, nyeri perut, tahi lalat membesar dan meradang, perdarahan di waktu tidak lazim atau lama, serta BAB dan batuk berdarah," tutup dr. Ervina Hasti Widyandini.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya