Awas, Kualitas Udara Jabodetabek Buruk di Jam Orang Berolahraga

Kondisi udara di Jakarta yang penuh polusi.
Sumber :
  • VIVAnews/ M Ali Wafa

VIVA – Pandemi COVID-19 membuat kebiasaan masyarakat untuk berolahraga di luar ruangan (outdoor), seperti bersepeda dan lari semakin meningkat. Tetapi, polusi udara justru tidak disadari oleh masyarakat yang sedang berolahraga.

6 Tips Super Mudah Agar Tetap Wangi Setelah Berolahraga Intensif

Jika hal itu tidak menjadi perhatian tentunya akan menimbulkan risiko kesehatan yang tinggi dibandingkan manfaat yang didapat saat berolahraga.

Baca Juga: Cara Pencegahan Polusi Udara yang Rentan Picu COVID-19

Banyak Makan Manis dan Berlemak Saat Lebaran, Lakukan Tips Ini untuk Tetap Sehat

Temuan dari aplikasi Nafas, 40 persen area olahraga di Jabodetabek setidaknya memiliki kualitas udara lebih dari 100ug/m3. Di mana jika dilihat berdasarkan US Air Quality Index (AQI) termasuk dalam kategori berbahaya.

Piotr Jakubowski, Co-founder & Chief Growth Officer Nafas, mengungkapkan beberapa temuannya melalui aplikasi tersebut. Berdasarkan data dari tahun 2017 hingga 2019 semakin lama kualitas udara semakin memburuk.

Termasuk Polusi Udara, Ini 10 Penyebab Penyakit Jantung yang Perlu Diketahui

"Selama beberapa tahun terakhir jumlah hari yang bagus turun sedangkan hari yang buruk naik," ujar Piotr dalam webinar, Selasa, 17 November 2020.

Piotr juga mengungkapkan data yang dikumpulkan pada bulan Agustus 2020 dari 46 sensor kualitas udara yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Data itu diambil dari pukul 04.00 WIB hingga 09.00 WIB, di mana orang rata-rata berolahraga pada jam-jam tersebut.

Pada data tersebut terlihat kota Tangerang Selatan, Bogor, dan Tangerang ada 19 hari di mana warganya harus mengurangi olahraga lebih dari 90 menit. Karena kualitas udara yang telah melebihi 100 ug/m3.

"Semua lokasi di Jabodetabek memiliki hari-hari di mana latihan antara jam 4 sampai 9 pagi harus dikurangi menjadi 90 menit," katanya.

Bahkan, kota Tangerang Selatan dan Bogor terdapat 4 hari di mana masyarakat harus mengurangi olahraga lebih dari 30 menit karena kualitas udara yang telah melebihi 165 ug/m3.

Untuk itu, Piotr berpesan agar masyarakat bisa melihat data kualitas udara terlebih dahulu sebelum melakukan olahraga. Hal itu dilakukan agar terhindar dari dampak kesehatan yang merugikan.

Sementara itu, Dr. Erlang Samoedro, Dokter Spesialis Paru (Pulmonologist) mengatakan cukup banyak elemen yang berbeda di udara salah satunya debu yang lebih tipis dari rambut manusia yakni PM 2,5.

"PM 2,5 agak sulit dilihat karena kecil sekali. Kadang-kadang PM 2,5 berkorelasi dengan PM 10, kalau PM 10 jelas terlihat, kalau di atas 200-400 (ug/m3) itu sudah berkabut sekali, jarak pandang hanya 5 meter ke depan," kata Erlang.

Sementara untuk mengetahui banyaknya PM 2,5, Erlang menyampaikan masyarakat bisa melihat ke langit. Jika masih terlihat biru maka dimungkinkan masih di bawah 200 ug/m3. Namun, Erlang berpesan jika hal itu tidak pasti dengan mata telanjang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya