Studi: Infeksi COVID-19 Bentuk Imunitas Selama 6 Bulan

Ilustrasi hasil tes darah positif Virus Corona COVID-19
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Para peneliti di Universitas Oxford, Inggris, mengatakan bahwa orang-orang yang terinfeksi virus corona kemungkinan kecil akan terkena penyakit itu lagi setidaknya dalam enam bulan.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Dilansir dari laman Times of India, temuan itu dikemukakan setelah studi skala besar terhadap infeksi ulang COVID-19, usai observasi dari petugas kesehatan menyatakan bahwa fenomena itu relatif jarang.

Profesor Universitas Oxford, David Eyre, salah satu penulis studi, menyebut temuan ini sebagai berita yang sangat bagus.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Kami bisa percaya diri bahwa, setidaknya dalam jangka pendek, sebagian besar orang yang terinfeksi COVID-19 tidak akan terkena lagi," katanya.

Para penulis studi menggarisbawahi bahwa mereka belum mengumpulkan cukup data untuk membuat penilaian pada infeksi ulang setelah enam bulan.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Namun demikian, studi yang masih berlangsung itu memiliki tujuan akhir memverfikasi seberapa lama perlindungan terhadap infeksi ulang bertahan secara total.

Direktur pencegahan dan pengendalian infeksi pada rekan studi Rumah Sakit Universitas Oxford (OUH), Katie Jeffrey, menyebut temuan ini menarik.

Sebabnya, temuan itu mengindikasikan bahwa infeksi virus corona memberikan setidaknya perlindungan jangka pendek terhadap infeksi ulang.

Sementara itu, perusahaan bioteknologi Amerika Serikat, Moderna, mengumumkan pekan lalu bahwa kandidat vaksin mereka mendekati 95 persen efektif dalam sebuah uji coba. Pengumuman itu dikeluarkan satu pekan setelah hasil serupa juga diumumkan oleh perusahaan farmasi raksasa Pfizer dan perusahaan rekan dari Jerman BioNTech.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyambut studi tersebut dengan mengatakan bahwa temuan tersebut memperluas pemahaman mereka terhadap perlindungan virus corona.

"Kami memuji para peneliti karena melakukan penelitian itu," ujar direktur kedaruratan WHO Michael Ryan kepada para jurnalis di Genewa, menjelaskan bahwa temuan itu telah memberikan data terbaik.

Ryan menambahkan bahwa detail respons antibodi dalam penelitian itu memberikan harapan akan periode perlindungan yang lebih panjang dari kandidat vaksin.

Studi Oxford terhadap infeksi ulang itu dilakukan pada data dari tes virus corona reguler terhadap 12.180 petugas kesehatan di Rumah Sakit Universitas Oxford selama periode 30 minggu.

Studi itu menemukan bahwa tidak ada satu pun dari 1.246 staf dengan antibodi virus corona mengalami gejala infeksi.

Tiga anggota staf dengan antibodi tersebut memiliki hasil tes positif COVID-19 tapi semuanya sehat dan tidak mengalami gejala.

WHO mengatakan mereka bekerja sama dengan 50 negara di mana studi respons antibodi dilakukan pada beberapa grup berbeda, seperti pada populasi umum atau di antara pekerja kesehatan.

Saat ini, kasus COVID-19 masih tinggi. Untuk itu, patuhi selalu protokol kesehatan dan jangan lupa lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan jauhi kerumunan hingga Mencuci Tangan pakai sabun.

#satgascovid19
#cucitanganpakaisabun
#pakaimasker
#jagajarak
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya