WHO: HIV/AIDS Meningkat Selama Pandemi COVID-19

Ilustrasi HIV/AIDS
Sumber :
  • Pixabay/Darwin Laganzon

VIVA – Hari ini, Selasa 1 Desember 2020, diperingati sebagai World AIDS Day atau Hari AIDS Sedunia. Sayangnya, epidemi HIV global belum berakhir. Bahkan, angkanya mungkin meningkat selama pandemi virus corona atau COVID-19, dengan dampak yang menghancurkan.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Dilansir dari laman resmi WHO, pada 2019, masih ada 38 juta orang yang hidup dengan infeksi HIV. Mirisnya, 1 dari 5 orang yang hidup dengan HIV tidak menyadari penularannya. Sementara 1 dari 3 orang yang menjalani pengobatan HIV, terganggu pada penyedia layanan pengobatan, tes, dan pencegahan HIV, terutama anak-anak dan remaja.

Masih di tahun yang sama, 690 ribu orang meninggal karena penyebab terkait HIV dan 1,7 juta orang baru terinfeksi, dengan hampir 2 dari 3 (62 persen), di mana infeksi baru ini terjadi di antara populasi kunci dan pasangannya.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Terlepas dari upaya yang signifikan, kemajuan dalam meningkatkan layanan HIV sudah terhenti sebelum pandemi COVID-19. Hal ini berarti dunia akan kehilangan target '90-90-90' untuk tahun 2020, yang memastikan bahwa 90 persen dari semua orang yang menerima pengobatan telah mencapai penekanan virus. Hilangnya target menengah ini akan semakin mempersulit pencapaian pengakhiran AIDS pada 2030.

Hancurnya layanan penting HIV karena COVID-19 tentu saja mengancam nyawa. Seperti diketahui, COVID-19 berbahaya dan mempersulit tenaga kesehatan untuk memberikan layanan HIV, berkualitas tinggi dan berkelanjutan kepada semua orang yang membutuhkannya.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Penyakit dan pergerakan yang terbatas mempersulit ODHA (orang dengan HIV AIDS) untuk mengakses layanan. Gangguan ekonomi yang disebabkan oleh COVID-19, dapat membuat layanan HIV menjadi tidak terjangkau atau tidak dapat diperoleh. Dan pandemi dapat mengganggu rantai pasokan dan pemberian layanan.

Misalnya saja pada Juli 2020, sepertiga orang yang menjalani pengobatan HIV kehabisan obat karena kehabisan pasokan. Sebuah studi yang dilakukan oleh WHO dan UNAIDS menunjukkan, gangguan 6 bulan dalam akses ke obat-obatan HIV, dapat menyebabkan dua kali lipat kematian terkait AIDS di sub-Sahara Afrika pada 2020 saja.

Sekarang, adalah waktunya bagi kita untuk sekali lagi membuat lompatan untuk tanggap dan bekerja sama untuk mengakhiri COVID-19, serta kembali ke jalur yang tepat untuk mengakhiri HIV pada 2030.

Pada Hari AIDS Sedunia 2020, WHO menyerukan kepada para pemimpin dan warga dunia untuk bersatu membentuk solidaritas global untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh COVID-19 dalam penanggulangan HIV. WHO telah memilih untuk fokus pada 'Solidaritas global, layanan HIV yang tangguh', sebagai tema WHO untuk Hari AIDS Sedunia tahun ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya