-
VIVA – Penyuntikan vaksin COVID-19 sudah mulai dilakukan pada kelompok prioritas di Inggris, Amerika Serikat dan Kanada. Sementara di Indonesia, pemerintah masih menunggu hasil evaluasi vaksin produksi Sinovac yang sudah dibeli.
Meski demikian, masih banyak orang yang mempertanyakan keampuhan vaksin dalam menghadapi COVID-19. Vaksin COVID-19 Sinovac seperti diketahui masih dalam tahap uji klinis fase 3 dan belum mendapatkan hasil.
Sementara itu, vaksin dari Pfizer dengan BioNTech, Oxford-Astrazeneca serta Moderna sudah menunjukkan hasil yang lebih unggul. Namun, ada beberapa perbedaan penting di antara ketiga vaksin itu.
Berikut perbandingan tiga vaksin tersebut seperti dilansir laman Times of India.
Tingkat keampuhan
Moderna menjadi pembuat vaksin terakhir yang mengeluarkan tingkat keampuhannya lewat studi pengamatan mereka. Sebuah tingkat keampuhan menentukan kemampuan bekerja vaksin dalam sebuah populasi, di bawah latar klinis.
Berdasarkan data, model mRNA Moderna memberikan keampuhan 94 persen dalam mencegah gejala COVID-19 dan mengurangi keparahan infeksi. Ada juga bukti yang memperlihatkan bahwa vaksin bisa mencegah penularan tanpa gejala, yang diakui oleh badan pengawas obat AS, FDA.
Sementara itu Pfizer, menjadi salah satu vaksin yang menunjukkan tingkat keampuhan tinggi, hingga 91 persen pada studi awal. Vaksin ini juga menjamin 95 persen perlindungan di bawah latar klinis. Masih banyak data yang dibuat lebih jelas setelah penyuntikan fase pertama diselesaikan.
Sedangkan vaksin Oxford-AztraZeneca memberikan tingkat keampuhan 70 persen yang bisa meningkat hingga 90 persen sebagai bagian dari vaksinasi dua dosis.
Efek samping
Efek samping selalu ada pada penyuntikan vaksin. Tapi, jarang yang buruk atau sampai mengancam jiwa. Baik Moderna dan Pfizer belum melaporkan kemunculan atau efek samping yang mengkhawatirkan di antara kelompok relawan yang diikutkan dalam uji coba vaksin.
Sebaliknya, vaksin AstraZeneca sering diliputi oleh kontroversi dalam beberapa bulan terakhir dengan beberapa efek samping 'aneh' yang dilaporkan dari relawan. Meski para ilmuwan mengatakan tidak ada satu pun komplikasi atau efek samping yang membahayakan, hanya satu pasien yang menerima vaksin ini mengalami efek samping serius yang kemungkinan berkaitan dengan suntikan vaksin, menurut data di The Lancet.
Dosis dan pemberian vaksin
Vaksin Pfizer diberikan dalam dua kali suntikan, diberikan dalam jarak 2-3 minggu untuk mendapatkan tingkat perlindungan maksimal. Hal yang sama juga dilakukan pada vaksin Moderna. Begitu juga vaksin AstraZeneca yang bekerja lebih baik dalam dua kali penyuntikan, berjarak dua minggu.
Pada penyuntikan dosis pertama memang bisa memberikan tingkat perlindungan tertentu, tapi seseorang bisa dianggap sepenuhnya aman dari COVID-19 jika semua dosis sudah diberikan. Suntikan untuk menambah keampuhan mungkin juga dibutuhkan kelompok tertentu, tapi itu sesuatu yang belum didiskusikan pada penyuntikan tahap pertama.