Varian Baru COVID-19 Lebih Menular, IDI Imbau Tunda Sekolah Tatap Muka

Source gambar: Una versión estilizada del virus COVID-19.(Mohammed Haneefa Nizamudeen / Getty Images/iStockphoto)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Ketua Satgas COVID-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Dr dr Zubairi Djoerban, SpPD(K), menegaskan bahwa varian baru COVID-19 asal Inggris lebih menular pada anak-anak. Untuk itu, ia mengimbau agar sekolah tatap muka ditunda hingga situasi lebih terkendali.

Pentingnya Kesehatan di Masa Golden Age Anak, Bakal Tentukan Kondisi Masa Depan

Dalam acara Hidup Sehat di TvOne, Prof Zubairi menjelaskan bahwa viral load yang lebih tinggi membuat varian baru COVID-19 tersebut lebih rentan menular. Virus corona jenis baru itu lebih banyak di saluran nafas atas sehingga penularan akan makin mudah.

"Virus baru penularannya jauh lebih cepat. Jadi virus baru ini 70 persen lebih mudah menyebar," jelas Zubairi.

Hari Buku Sedunia, Starbucks Indonesia Serahkan 8.769 Buku untuk Anak-anak

Para pakar juga menemukan bahwa kelompok anak lebih banyak rentan terhadap penularannya. Meski belum terbukti dapat memicu tingginya tingkat kematian, namun pencegahan harus dilakukan termasuk menunda pembukaan sekolah.

"Peneliti di Inggris membuktikan lebih banyak anak-anak terinfeksi varian baru dibanding varian lama. Kesimpulannya memang lebih pada anak-anak, walau tidak terlalu signifikan," tuturnya lagi.

Geger Seorang Remaja Alami Hal mengerikan Ini Gegara Ikut Challenge di Sosmed

Menurut Zubairi, dikhawatirkan penyebaran yang rentan pada anak membuat penularan meluas pada usia renta. Hal ini tentunya akan memicu jumlah kasus kematian akan meningkat jika tak segera dihindari.

Apalagi, negara-negara lain, lanjut Zubairi, memberikan batasan positif rate 10 persen sebagai tanda merah untuk memulai sekolah. Artinya, penundaan sekolah harus ditunda jika melewati batas penambahan kasus positif tersebut.

"Dalam 2 minggu terakhir positive rate lebih dari 20 persen (di Indonesia). Di negara lain batasnya 10 persen sebagai tanda merah untuk bisa sekolah. Parameter lain, seberapa banyak pasien-pasien yang dirawat di RS rujukan. Sehingga memang amat sangat disarankan untuk ditunda lebih dulu sekolah tatap muka, itu berbahaya," kata dia.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya