WHO Sebut Pandemi COVID-19 Tahun Ini Akan Lebih Sulit Dilalui

Ilustrasi vaksin COVID-19
Sumber :
  • Pixabay/pearson0612

VIVA – Tahun ini menjadi tahun kedua pandemi COVID-19 melanda dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, tahun kedua pandemi COVID-19 mungkin akan lebih sulit diibanding dengan tahun pertama. 

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Hal ini mengingat bagaimana virus korona baru menyebar, terutama di belahan bumi utara karena varian yang lebih menular beredar. 

"Tahun ini akan memasuki tahun kedua, ini bisa lebih sulit mengingat dinamika transmisi dan beberapa masalah yang kami lihat," kata pejabat darurat WHO, Dr Mike Ryan seperti dikutip dari laman Asiaone

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

WHO, dalam pembaruan epidemiologi terbarunya, mengatakan sekitar lima juta kasus baru dilaporkan minggu lalu, peningkatan kasus ini kemungkinan akibat dari kegagalan pertahanan selama musim liburan.

"Pastinya di belahan bumi utara, khususnya di Eropa dan Amerika Utara, kami telah melihat musim dingin, orang-orang lebih banyak di dalam rumah, percampuran sosial yang meningkat dan kombinasi faktor-faktor yang telah mendorong peningkatan penularan di, banyak negara," kata Dr. Ryan.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Kepala Teknis WHO untuk penanganan COVID-19, Dr Maria Van Kerkhove, memperingatkan, setelah liburan, di beberapa negara situasinya akan menjadi jauh lebih buruk sebelum menjadi lebih baik.

Di tengah kekhawatiran yang berkembang akan penularan, kini muncul varian baru virus corona yang pertama kali terdeteksi di Inggris dan saat ini telah menyebar ke beberapa negara  di seluruh dunia. Hal itu membuat pemerintah di seluruh Eropa pada hari Rabu pekan lalu mengumumkan pembatasan sosial yang lebih ketat dan dalam jangka waktu lebih lama untuk mencegah penyebaran virus corona semakin meluas.

"Saya khawatir kita akan tetap berada dalam naik turun naik turun tapi kami dapat melakukannya dengan lebih baik," kata Dr Van Kerkhove.

Kasus Meninggal

Sementara itu, otoritas kesehatan AS sedang menyelidiki kasus seorang dokter Florida yang meninggal 16 hari setelah menerima vaksin virus corona Pfizer-BioNTech, berdasar laporan The New York Times.

Istrinya menulis di postingan Facebook, dokter tersebut meninggal karena pendarahan otak. Pfizer mengatakan pihaknya secara aktif menyelidiki kasus tersebut. 

"Tetapi saat ini kami tidak yakin bahwa ada hubungan langsung dengan vaksin tersebut", lapor The New York Times.

"Belum ada sinyal keamanan terkait yang diidentifikasi dalam uji klinis kami, pengalaman pasca pemasaran sejauh ini  atau dengan teknologi yang digunakan untuk membuat vaksin," kata pihak Pfizer.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya