-
VIVA – Swab dan PCR tak terpisahkan dalam metode tes untuk menegakkan diagnosis COVID-19. Swab dikenal sebagai cara untuk memperoleh bahan pemeriksaan (sampel). Swab dilakukan pada nasofaring dan atau orofarings. Pengambilan ini dilakukan dengan cara mengusap rongga nasofarings dan atau orofarings dengan menggunakan alat seperti kapas lidi khusus.
Adapun PCR adalah singkatan dari polymerase chain reaction. PCR merupakan metode pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi DNA virus. Uji ini akan didapatkan hasil apakah seseorang positif atau tidak SARS Co-2.
Dibanding rapid test, pemeriksaan RT-PCR lebih akurat. Metode ini jugalah yang direkomendasikan WHO untuk mendeteksi COVID-19. Namun akurasi ini dibarengi dengan kerumitan proses dan harga alat yang lebih tinggi. Selain itu, proses untuk mengetahui hasilnya lebih lama ketimbang rapid test.
Namun ini baru-baru ini, China melakukan swab test bukan lagi mengambil sampel melalui nasofaring ataupun orofarings melainkan, menggunakan sampel yang diambil dari anus untuk mendeteksi potensi infeksi COVID-19.
Disebut Anal Swab, cara ini digunakan sebagai alat pengujian COVID-19 untuk pasien yang dianggap berisiko tinggi sebagai langkah pemerintah China untuk memastikan tidak ada pembawa potensial dari virus corona baru menjelang liburan Tahun Baru Imlek yang umumnya diidentikkan dengan pulang kampung.
Latar belakang Anal Swab
Dilansir dari laman Aljazeera awalnya dilakukan pada seorang pria berusia 52 tahun yang memiliki gejala batuk namun dinyatakan negatif COVID-19. Pria itu kemudian diuji melalui usap anal.
Pria itu, yang diisolasi di fasilitas terpusat untuk observasi medis diketahui melakukan kontak dekat dengan pasien COVID-19 lain awal bulan ini. Dia kemudian dipastikan terkena virus.