Penderita Hipertensi Gak Boleh Divaksin COVID-19? Ini Kata Ahli

Ilustrasi hipertensi.
Sumber :
  • Pixabay/frolicsomepl

VIVA – Vaksinasi untuk masyarakat umum akan diberikan setelah pemberian vaksin untuk tenaga kesehatan dan tenaga pelayanan publik. Pemerintah sendiri menargetkan program vaksinasi COVID-19 untuk seluruh masyarakat Indonesia dapat dilaksanakan mulai pertengahan April 2021.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Vaksin Sinovac, rencananya akan diberikan kepada 70 persen rakyat Indonesia yang berjumlah 270 juta orang. Sehingga, total masyarakat yang akan divaksin adalah 181 juta orang.

Lalu, orang dengan kondisi seperti apa yang akan mendapatkan vaksin? Apakah penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi diperbolehkan untuk menjalani vaksinasi COVID-19?

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Head of Medical Kalbe Farma, dr. Artati, menjelaskan, akan ada 17 pertanyaan yang diajukan saat akan divaksin. Termasuk, apakah orang yang bersangkutan memiliki penyakit penyerta atau berstatus ibu hamil.

"Kenapa gak boleh? Bukan gak boleh. Yang saat ini kita pakai Sinovac itu adalah vaksin untuk orang sehat. Yang tidak ada hipertensi, usia masih muda. Jadi, kondisi seperti itu yang dinyatakan aman. Apakah nanti hipertensi aman atau tidak, kita gak tau," ujarnya saat Webinar Zoom KalCare dari Kalbe Farma, Sabtu, 30 Januari 2021.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Dokter Artati kembali menegaskan, penderita hipertensi dan penyakit komorbid lainnya, bukan tidak boleh tapi belum boleh melakukan vaksin, karena vaksin yang tersedia saat ini hanya ditujukan untuk mereka yang sehat.

"Tapi mungkin nanti ada vaksin lain yang dari perusahaan lain atau Sinovac nanti trialnya bertambah, ternyata untuk pasien hipertensi aman dan efektif, ya boleh. Jadi bukannya tidak, tapi belum boleh," kata dia.

Artati menambahkan, sejauh ini belum dilakukan penelitian atau uji keamanan dan keefektifan vaksin Sinovac bagi para penderita penyakit penyerta.

"Kita harus pastikan vaksin itu aman atau tidak untuk yang berpenyakit. Kan kita tidak mau habis divaksinasi malah sakit. Dan kita menghindari sekarang lagi heboh kan, vaksinasi kok tambah sakit, pasti tambah heboh. Jadi, kita pastikan dulu orang-orang yang datanya yang aman dan efektif kita berikan," tutup dr. Artati.

Ingat, saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun,

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya