#TanyaDokter: Bahaya Polip Rahim Hingga Faktor Penyebab Keguguran

Ilustrasi ibu hamil.
Sumber :
  • Pixabay/Unsplash

VIVA – Masalah seputar kehamilan seringkali membuat banyak calon ibu merasa khawatir. Tak jarang mereka mendapatkan informasi yang salah seputar kehamilan hingga membuat stres dan panik. 

Terpopuler: Hukum Memberikan Hadiah untuk Anak Agar Puasa sampai Janin yang Tiba-tiba Hilang

Ada baiknya, para calon ibu mencari tahu informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Lewat rubrik #TanyaDokter, banyak pertanyaan yang masuk ke redaksi VIVA, mulai dari masalah polip rahim, faktor-faktor risiko penyebab keguguran, kapan gerakan janin bisa dirasakan, bolehkah berhubungan seks saat hamil muda, hingga bagaimana tips merencanakan program bayi laki-laki atau perempuan. 

Bersama  dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp.OG yang merupakan Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang berpraktik di RS Pondok Indah – Puri Indah, semua pertanyaan seputar kehamilan itu akan dijawab. Berikut jawaban dr Ni Komang Yeni Dhana Sari

Viral Ibu Hamil Alami Hilang Janin: Gamau Suudzon, Tapi…

1. Polip Rahim
Penyebabnya sebagian besar tidak diketahui pasti. Namun ada kemungkinan berhubungan dengan sirkulasi adanya hormon estrogen di sekitar rahim. 

Apakah ini berbahaya? 
Biasanya polip rahim menyebabkan perdarahan di antara waktu siklus haid, dan untuk beberapa orang yang melakukan program hamil, biasanya memang jadi agak sulit punya anak, atau mengalami kegagalan dalam program hamil tersebut. Pengobatannya biasanya dilakukan dilatase dan kuretase.

Dihamili 3 Kali, Korban Inses di Bengkulu Malah Peluk dan Tangisi Pelaku

2. Hamil Muda Boleh Berhubungan Seks?

"Brhubungan saat hamil muda, tentunya boleh dilakukan. Hubungan seks boleh (dilakukan) di usia berapapun selama keduanya saling menikmati bisa nyaman," kata dr Ni Komang. 

Yang membuat banyak wanita merasa enggan bercinta saat hamil muda,  karena pada awal kehamilan wanita seringkali mengalami pusing, mual muntah, itu yag menyebabkan libidonya agak menurun. "Jadi kemungkinan agak malas melakukan hubungan seksual."

Risiko yang bisa terjadi ketika wanita hamil muda melakukan hubungan seks menurut dr Ni Komang, kemungkinan yang bisa terjadi adalah perdarahan atau nyeri perut.  "Jadi (berhubungan seks saat hamil muda) harus hati hati, harus dalam keadaan fit selalu. Apabila sedang terjadi perdarahan atau nyeri perut, tidak disarankan untuk melakukan hubungan seksual. Gaya yang aman ya biasanya senyaman mungkin, karena pada trimester awal kan perut belum membesar. Jadi (gaya) apa saja bisa dilakukan selama keduanya nyaman." 

Photo :
  • U-Report

3. Hamil 3 bulan belum merasakan gerakan janin
"Ya memang pada usia 2 bulan belum merasakan gerakan janin, karena biasanya pada usia 18 sampai 22 minggu atau sekitar 4-5 bulan baru gerakan janin bisa dirasakan. 

Yang harus diwaspadai, adalah awal-awal kehamilan karena belum bisa merasakan gerakan janin biasanya apakah ada keluhan nyeri perut atau perdarahan atau rasa tidak nyaman. Kalau ada keluhan,  segera mungkin ke rumah sakit atau ke dokter terdekat. 

"Bila gerakan janin tidak terasa atau gerakan janin berkurang pada usia 18 minggu ke atas atau usia 4 bulan ke atas, ya sesegera mungikin harus ke RS jam berapapun, untuk memastikan janin masih baik baik saja." 

4. Merencanakan janin laki laki atau perempuan
Ya memang beberapa menyarankan untuk melakukan pola diet tertentu atau berhubungan seksual pada waktu yang tepat sebelum ovulasi atau sesudah ovulasi. Tetapi, tidak dapat dipastikan kebenaran ini secara pasti. Presentasinya tidak banyak terjadi. "Kalaupun iya, sebagian besar karena kebetulan saja, memang pada literatur tertentu sebelum ovulasi jika menginginkan anak perempuan 2-3 hari sebelum ovulasi dilakukan hubungan seksual ada yang mengatakan ketepatannnya sampai 75 persen, tapi belum ada penelitiannya yang besar yang menunjukkan bahwa hal itu benar."

Biasanya disarankan melakukan inseminasi denga melakukan pencucian sperma kemudian jika memang ingin Infografikbayi perempuan atau laki laki, ya gender itu saja yang akan dimasukkan ke rahim ibu. 

5. Faktor-faktor risiko terjadinya keguguran 
Ini mungkin tidak semudah yang dibayangkan oleh orang-orang awam bahwa ini hanya terjadi karena kecapekan atau faktor lainnya misalnya makanan dll. Banyak sekali faktor-faktor yang memungkinkan untuk terjadinya keguguran apalagi untuk orang-orang yang mengalami keguguran berulang.

"Ini harus diperhatikan yang pertama adalah faktor epidemiologi. Seperti usia ibu, semakin tua semakin berisiko. Dan ini berhubungan dengan kualitas indung telur pada ibu tersebut," kata dr Ni Komang. 

Photo :
  • U-Report

Kemudian, yang harus dicek lainnya adakah riwayat keguguran sebelumnya pada ibu atau adakah kebiasaan ibu perokok, peminum alkohol dan kebiasaan lainnya yang berisiko lebih tinggi menjadi penyebab ibu mengalami keguguran lebih tinggi. 

"Kemudia faktor anatomi. Kelainan bentuk rahim juga mempengaruhi risiko terjadinya keguguran, kemudian kelemahan mulut rahim atau serviks, biasanya mengalami keguguran berulang pada trimester kedua. 

Faktor berikutnya, adalah faktor infeksi. Baik itu infeksi bakteri atau virus. Sebagian besar penelitian mengatakan bakterial vaginosis itu bisa menyebabkan keguguran 

Faktor lain yang menyebabkan keguguran termasuk imun. Ini terkait dengan human lakeside antigen atau kultural killer. "Faktor endokrin juga memperngaruhi seperti yang kita ketahui, diabetes melitus, penyakit tiroit atau PCOS itu juga bisa menyebabkan terjadinya keguguran brulang pada ibu yang sedang hamil," ujar dr Ni Komang. 

Faktor lainnya termasuk juga faktor genetik, paretal kromosom hingga kelainan trombofilia. 

Photo :
  • Dokumentasi RSPI

Narasumber:  dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp.OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang berpraktik di RS Pondok Indah – Puri Indah

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya