Semua yang Perlu Diketahui Mengenai Coronaphobia, Wanita Lebih Rentan

Perempuan lebih rentan coronaphobia
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak besar pada kesehatan fisik kita tetapi juga mengganggu kesehatan mental dan kesejahteraan kita. Sementara dokter dan profesional medis telah bekerja sangat keras untuk mempelajari berbagai gejala dan tanda COVID-19, hanya penelitian skala kecil yang telah dilakukan untuk menganalisis implikasi pandemi pada tingkat kecemasan dan stres masyarakat. 

Sosok Pria yang Ikut Terseret Kasus Narkoba Chandrika Chika, Ternyata Bukan Orang Sembarangan

Konon, selama masa-masa ketakutan seperti itu, ketika Anda tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah batuk, pilek atau demam Anda adalah tanda virus corona atau tidak, para ilmuwan telah menciptakan istilah yang disebut 'Coronaphobia' yang secara khusus terkait dengan pemicu COVID-19. 

Apa itu coronaphobia?

Top Trending: Wanita Dilarang Naik Kendaraan Online karena Bernama Ini, Komika Usir Ibu Menyusui

Seperti diketahui, fobia adalah keadaan ketakutan yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan dan situasi. Demikian pula, coronaphobia adalah jenis fobia baru yang secara khusus terkait dengan virus corona. 

Setelah mengamati dan mempelajari banyak penelitian, para ilmuwan mendefinisikan coronaphobia sebagai "respons yang dipicu secara berlebihan karena takut tertular virus yang menyebabkan COVID-19, yang menyebabkan kekhawatiran berlebihan yang disertai gejala fisiologis, stres yang signifikan tentang kehilangan pribadi dan pekerjaan, peningkatan kepastian dan keamanan. 

Melahirkan Berulang Kali Dapat Menjadi Risiko Kanker Serviks, Benarkah?

Mencari perilaku, dan menghindari tempat dan situasi umum, menyebabkan gangguan nyata dalam fungsi kehidupan sehari-hari. 

Sesuai sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Asian Journal of Psychiatry pada Desember 2020, para ahli telah menemukan tiga karakteristik utama dari kecemasan yang muncul dari teror COVID-19. Berikut ini adalah beberapa gejala yang terkait yang dikutip dari Times of India.

- Kekhawatiran terus menerus yang menyebabkan jantung berdebar-debar, kehilangan nafsu makan dan pusing.

- Terlalu banyak berpikir yang terus menerus memicu ketakutan dan kekhawatiran.

- Rasa takut untuk menghadiri pertemuan dan acara publik. Semacam perilaku anti-sosial yang dapat memfasilitasi masalah kecemasan dan isolasi lebih lanjut.

Individu yang berisiko tinggi

Menurut laporan terbaru yang diterbitkan online di jurnal Frontiers in Global Women's Health, gejala insomnia, depresi, dan kecemasan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.

Dengan laporan akhir serupa dalam penelitiannya, Dr. Lily Brown PhD, direktur Penn Center for the Treatment and Study of Anxiety percaya wanita lebih rentan terhadap kecemasan daripada pria, mengingat kekhawatiran terkait anggota keluarga yang sakit atau diri mereka sendiri menyebarkan virus ke orang lain.

Brown juga menemukan bahwa orang yang lebih muda telah mengalami peningkatan kecemasan karena virus serta jenis pandemi yang terjadi belakangan ini.

Bagaimana menangani coronaphobia?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Ameriks Serikat, telah menyarankan berbagai cara untuk mengatasi masalah kecemasan dan stres. 

CDC mendorong menjaga kesehatan fisik seseorang dan juga bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu, terapi perilaku kognitif (CBT) terbukti dapat mengatasi kecemasan secara efektif dan efisien.

Sementara dengan kemunculan vaksin, kecemasan mungkin sedikit berkurang, tetapi ketakutan dan fobia masih membayangi kepala kita. Satu-satunya cara Anda bisa mengatasinya melalui pengendalian diri dan dengan menjaga rasa tenang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya