Kolom Prof Tjandra: Laporan Bulanan Keamanan Vaksinasi COVID-19

Prof Tjandra Yoga Aditama
Sumber :
  • Dokumentasi Prof Tjandra

VIVA – Amerika Serikat sudah memulai program vaksinasi COVID-19 pada 14 Desember 2020. Pihak otoritas kesehatan setempat melakukan monitoring keamanan vaksin (vaccine safety monitoring) dan laporan pertama adalah tentang apa yang terjadi antara 14 Desember 2020 sampai 13 Januari 2021, yang setelah dianalisa mendalam maka dilaporkan ke publik negara itu pada 19 Februari 2021 beberapa hari yang lalu. 

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Tentu akan baik kalau laporan serupa ini dapat jadi salah satu pembanding dengan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di negara kita yang juga sudah melewati waktu lewat dari satu bulan lamanya. Amerika Serikat menyuntikkan 13.794.904 juta dosis dua jenis vaksin yang mereka pakai, yaitu Pfizer-BioNTech dan Moderna dalam bulan pertama program mereka. Jadi dalam bulan pertama cakupannya tidak sampai setengah juta per hari, dan dengan berjalannya waktu maka kapasitas vaksinasi per harinya terus meningkat tajam, hal yang sama kita harapkan juga terjadi di negara kita tentunya.

Amerika menggunakan sistem pencatatan efek samping vaksin (Vaccine Adverse Event Reporting System - VAERS) yang berbentuk pelaporan mandiri kalau ada yang merasa dan atau menemukan kemungkinan efek samping di lapangan. Juga ada juga sistem surveilans aktif yang mereka namakan “v-safe” atau “vaccine safe”. 

Prof Tjandra: Ramai Kasus Depresi di Kalangan PPDS, Ini 5 Rekomendasi Tindak Lanjut Perlu Dilakukan

Petugas kesehatan amat dianjurkan untuk ikut dalam kegiatan “v-safe” ini, dan sesuai dengan izin edar Emergency Use of Authorization(EUA) maka memang harus melaporkan kalau ada kesalahan administrasi vaksin, efek samping serius, kasus keadaan “multisystem inflammatory syndrome” dan mereka yang perlu dirawat di rumah sakit dan atau meninggal sesudah mendapat vaksin.

Melalui mekanisme VAERS dalam bulan pertama vaksinasi maka mereka menerima 6.994 laporan dugaan efek samping sesudah di vaksin, 6.354 diantaranya (90,8 persen) dikategorikan sebagai tidak serius dan 640 kejadian (9,2 persen) adalah hal yang serius. Keluhan yang sering dilaporkan diantaranya adalah sakit kepala  (22,4 persen), lemas (16,5 persen), dan pusing (16,5 persen). Juga dilaporkan kejadian anafilaktik pada 4,5 kasus per satu juta dosis vaksin yang disuntikkan pada bulan pertama ini. Sementara itu, data dari pengumpulan aktif melalui “v-safe” juga mendapatkan beberapa keluhan tidak berat, seperti nyeri di tempat suntikan, lemas, nyeri kepala dan nyeri otot. Keluhan-keluhan ini lebih sering ditemukan sesudah suntikan ke dua daripada sesudah suntikan dosis yang pertama. 

5 Syarat Kucing Peliharaanmu Sudah Bisa Divaksin Biar Tetap Sehat

Dalam satu bulan program vaksinasi COVID-19 di Amerika Serikat maka dilaporkan ada 113 kematian yang terjadi sesudah vaksinasi dilakukan, yang tentu saja belum tentu berhubungan dengan suntikan vaksinnya itu sendiri. Pihak berwenang di Amerika kemudian melakukan analisa mendalam melalui informasi di surat kematian, laporan otopsi kalau ada, catatan medik pasien dan pembahasan gambaran klinik dari efek samping yang dilaporkan, maka ternyata memang tidak ada hubungan sebab akibat antara suntikan vaksinasi dengan kematian yang terjadi. Artinya, 113 kematian yang terjadi bukanlah akibat vaksin tetapi akibat penyakit/keadaan lain yang ada pada pasiennya. 

Secara terbuka laporan bulanan ini juga menyampaikan bahwa mereka punya tiga kelemahan. Pertama, VAERS berdasar pada laporan atau surveilans pasif. Hal ini dapat menimbulkan bias, baik karena mungkin belkum semua melaporkan kejadian yang dialaminya (“underreporting”) baik karena kurangnya pemahaman atau ketidak patuhan untuk melapor, atau dapat juga bias karena laporan berlebihan yang mungkin tidak tepat pula.

Kelemahan ke dua laporan ini karena sebagian cukup besar vaksinasi dilakukan di rumah jompo karena program awal  memang lebih mengarah ke lansia. Kemungkinan kelemahan ke tiga laporan ini adalah bentuk surveilans aktif  “v-safe” nya mungkin tidaklah merata, khususnya kalau sekiranya akses ke telepon pintar (smartphone) tidak sepenuhnya sama di berbagai daerah, cukup menghetrankan juga untuk negara seperti Amerika Serikat ya. 

Ada dua hal yang menarik dari laporan bulanan program vaksinasi COVID-19 di Amerika Serikat ini. Pertama, laporan cukup rinci ini adalah bentuk nyata transparansi dan akuntabilitas sehingga semua pihak di masyarakat dapat mengikuti dan memahaminya. Ke dua, dalam laporan juga dicantumkan kemungkinan kelemahan proses analisa laporan, sehingga pemahaman perlu diambil secara menyeluruh dan tidak se-mata melihat angka yang dicantumkan.

Vaksinasi merupakan bagian penting penanganan pandemi COVID-19 di dunia dan juga di Indonesia, ber sama-sama dengan penerapan 3M dan pelaksanaan 3 T yang maksimal. Bentuk laporan bulanan seperti ini diharapkan akan dapat meningkatkan kepercayaan dan keikut sertaan masyarakat dalam program vaksinasi yang penting ini.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI
Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Kasus COVID-19 saat ini masih tinggi, untuk itu tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai maske, Menjaga jarak dan menjauhi kerumunan serta Mencuci tangan pakai sabun. 

#ingatpesanibu
#jagajarak
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya