5 Gejala COVID-19 Paling Lama Sembuh, Meski Sudah Negatif

Ilustrasi batuk/TBC/virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/drobotdean

VIVA – Berjuang melawan COVID-19 bukanlah hal yang mudah. Beberapa gejala bisa membutuhkan waktu yang lama untuk hilang, bahkan ketika sudah negatif COVID-19.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Risiko seseorang mengalami sindrom akut pasca COVID-19 atau gejala infeksi yang berlangsung sangat lama, bergantung pada usia, faktor risiko dan keparahan infeksi, beberapa ahli kini telah mengamati pola gejala umum pada pasien yang berlangsung lebih lama.

Dikutip dari laman Times of India, menurut studi baru-baru ini oleh University of Washington pada 177 orang yang positif COVID-19 di tahun 2020, ada beberapa gejala yang lebih umum dan mungkin lebih lama untuk hilang.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Kehilangan indra penciuman dan rasa

Bagi beberapa pasien yang mengalami infeksi virus pada indra penciuman, mendapatkan kembali fungsi penciuman yang usak bisa sangat sulit. Bukan hanya menjadi salah satu tanda awal bagi banyak pasien, tapi gejala ini juga menjadi gejala yang paling lama untuk sembuh.

Salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, JK Ngaku Senang Lebaran Kali Ini Ramai

Beberapa penyintas juga menceritakan bagaimana pasien harus menjalaniuji jangka panjang sebelum bisa mencium lagi aroma dan rasa yang normal. Menurut beberapa ilmuwan, salah satu alasan utama kondisi ini adalah karena virusnya menyerang sel pendukung beserta indra penciuman, yang membuatnya semakin sulit.

Meskipun gejalanya mungkin tidak membuat menjadi hilang permanen, melakukan latihan penciuman yang mengaktivasi indra bisa menjadi cara untuk cepat sembuh.

Kelelahan ekstrem

Kini, mengalami kelalahan yang luar biasa adalah salah satu gejala utama pasien COVID-19 yang berlangsung selama beberapa minggu bahkan setelah sembuh. Bukan hanya karena tubuh sangat sibuk memproduksi antibodi sebagai respons terhadap virus, sehingga membuatnya lelah, sistem imun juga memproduksi sitokin yang mengakibatkan gejala buruk seperti kelelahan.

Sesak napas

Bagi beberapa pasien yang mengalami komplikasi pernapasan berkaitan dengan COVID-19, mengalami kesulitan bernapas adalah hal yang umum dikeluhkan. Namun, pada banyak kasus, itu juga bisa menjadi gejala yang butuh waktu lama dan tubuh bergantung pada bantuan mesin.

Para peneliti juga kini mengamati bahwa mengalami masalah pernapasan bisa membuat membuat pasien menderita masalah kronik di kemudian hari, termasuk sesak napas dan kerusakan pada kantung udara di paru-paru.

Sakit kepala

Studi di Inggris telah mengindikasi bahwa sakit kepala sering muncul sebagai gejala awal infeksi virus corona. Sakit kepala sekarang dianggap sebagai komplikasi neurologis COVID-19, bersama dengan pusing.

Itu bisa menjadi tanda peradangan dalam tubuh atau infeksi pada ujung saraf di rongga pernapasan. Sakit kepala yang menetap, seperti yang dikaitkan dengan COVID-19 bisa timbul dalam banyak bentuk dan butuh pertolongan medis.

Nyeri

Nyeri otot juga cara lain virus merusak serat otot, sehingga menyebabkan peradangan yang menyebar di tubuh. Itu juga bisa menjadi gejala yang dialami pasien dalam waktu lama.

Dalam kasus COVID-19 yang parah, nyeri punggung, nyeri tubuh, otot, peradangan sendi yang buruk juga bisa dialami selama berbulan-bulan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya