Obesitas Lebih 'Disukai' COVID-19, Yuk Mulai Gaya Hidup Sehat

Obesitas
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – COVID-19 memang tak memandang bulu, siapa pun bisa tertular dan mengalami gejala berbeda-beda. Kendati demikian, virus corona jenis baru itu memang lebih mudah 'menyukai' beberapa kelompok tertentu termasuk pemilik tubuh obesitas.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Tubuh manusia kerap dihinggapi virus karena memiliki sebuah reseptor. Di reseptor itu lah, virus mengikat tubuhnya dengan sel-sel tubuh manusia sehingga akan mudah menginfeksi. Pada beberapa kelompok, reseptor tersebut lebih banyak dihasilkan tubuh sehingga virus akan lebih mudah 'mendudukinya'.

Sebut saja, para perokok yang memiliki banyak sekali reseptor ACE2, yang menjadi 'gandengan' si virus SARS-CoV-2 itu. Hal senada dimiliki oleh pemilik tubuh obesitas, di mana reseptor ACE2 lebih banyak dimiliki. Bakkan, penelitian terbaru juga menemukan adanya reseptor lain yang membuat kelompok obesitas lebih sensitif terhadap COVID-19.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Orang yang obesitas, mempunyai reseptor lebih banyak, ACE2, itu yang ditangkap COVID-19. Bahkan terakhir ini ada reseptor yang paling pertama, jadi dia sensitif kena COVID-19," ujar dokter spesialis penyakit dalam, Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-KEMD, dalam acara virtual yang digagas oleh Nutrifood, baru-baru ini.

Di sisi lain, pandemi juga membuat banyak orang rentan mengalami obesitas. Hal ini tentu dipicu oleh gaya hidup yang kurang baik yang dijalani selama pandemi, dengan dalih meningkatkan imunitas.

Kolesterol Naik Usai Lebaran? Jangan Panik, Ini 5 Tips Menurunkannya

"Banyak duduk saat pandemi dan makan snack manis-manis. Karena berpikir dengan melakukan itu akan meningkatkan daya tahan tubuh," kata Prof. Mardi.

Dengan risiko obesitas, maka penyakit tidak menular lainnya turut mengintai seperti diabetes. Ini berbahaya, lantaran pengidap diabetes akan lebih mudah mengalami gejala berat apabila terinfeksi COVID-19.

Pertanda prediabetes secara laboratoris adalah kadar glukosa darah puasa sekitar 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial 140-199 mg/dl.

"Orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas memang memiliki risiko prediabetes dan diabetes yang tinggi," tuturnya.

Untuk itu, Prof. Mardi menyarankan menjalani pola hidup sehat sebagai langkah mencegah obesitas. Termasuk membatasi asupan Garam Gula dan Lemak dengan anjuran 1 sdt garam, 4 sdm gula dan 5 sdm lemak. Serta tetap beraktivitas fisik saat di rumah.

"Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan membatasi asupan gula,garam dan lemat, istirahat yang cukup, dan rutin aktivitas fisik 150 menit dalam seminggu dapat membantu mengurangi obesitas yang dapat memicu prediabetes agar tidak berkembang menjadi DMT2," kata dia.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya