Pakar Beberkan Bukti Vaksin Efektif Hentikan Mutasi COVID-19 B117

Ilustrasi vaksinasi COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Ketua Satgas COVID-19 IDI, Prof. Zubairi Djoerban menyebut ada kaitan antara penurunan kasus baru COVID-19 dengan penemuan mutasi B117. Menurutnya, mutasi baru itu nampaknya mulai mendominasi di dunia, apalagi telah masuk di Tanah Air.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

"Banyak yang mengira dengan turunnya kasus, pandemi hampir berakhir. Belum. Jenis korona lama memang berkurang. Tapi strain B.1.1.7 bertambah dan telah ditemukan di Indonesia," tulis Prof Zubairi, dalam laman twitternya.

Dikatakan Prof Zubairi, mutasi yang beredar di Indonesia dan banyak negara lain sebelumnya adalah D614G. Mutan yang ditemukan pada awal 2020, pertama kali virus ini dari Wuhan. Kemudian bermutasi jadi D614G, lalu muncul B.1.1.7 dan varian yang ada di Afrika Selatan. Lalu, apa bedanya B.1.1.7 dengan virus asli sebelumnya? 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Mutan baru ini menyebabkan shedding virus lebih intens. Artinya produksi jumlah virusnya jauh lebih banyak di saluran napas. Jadi, istilah buat B.1.1.7 itu sebagai super spreader tidak tepat. Lebih tepat super shedder, karena virus itu bisa lebih menularkan ke banyak orang," tulisnya.

Mutasi B117 pada dasarnya berkembang pesat lebih banyak saat 'numpang hidup' di saluran napas manusia. Sehingga, virus ini muncul dengan jumlah lebih banyak juga. Hal itu yang menyebabkan penularannya lebih cepat.  

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Lihat Inggris. Beberapa bulan terakhir penularannya lebih cepat 70 persen. Tapi, ketika sudah banyak yang divaksinasi, maka angka kasus di sana menurun cukup signifikan. Bisa dicek," katanya.

Lebih lanjut, mutasi ini terbilang lebih berbahaya di mana imbasnya bisa memicu kenaikan jumlah kasus harian makin bertambah dan rumah sakit menjadi kolaps. Namun, Prof. Zubairi menilai belum ada bukti bahwa varian ini lebih ganas.

"Rumah sakit juga terkena imbasnya, jika varian ini dominan. Tapi tidak benar akan menyebabkan kematian yang lebih banyak," katanya.

Untuk pencegahannya, kata Prof. Zubairi, tak berbeda jauh dengan protokol kesehatan sebelumnya hanya perlu lebih diperketat. Selain itu, swab test PCR pun masih mampu mendeteksi mutasi B117 secara akurat.

Dengan bukti kuat adanya peran vaksinasi terhadap penurunan kasus di Inggris, Prof. Zubairi optimis bahwa vaksin tetap efektif mengehntikan penyebaran mutasi B117. 

"Kalau di Inggris sih vaksinnya terbukti efektif menangkal varian itu. Mereka memakai Pfizer. Bagaimana Indonesia? Belum ada bukti Sinovac bisa menangkal B.1.1.7. Kita tunggu saja bukti ilmiahnya," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya