Wagub NTB Positif COVID-19 Usai Vaksin, Begini Penjelasan Ahli

Wagub NTB Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalillah
Sumber :
  • VIVA/Satria Zulfikar

VIVA – Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Barat (NTB), Sitti Rohmi Djalillah dilaporkan positif COVID-19 pada Sabtu, 13 Maret 2021.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Rohmi terkonfirmasi positif COVID-19 setelah sebelumnya sudah melakukan vaksin lengkap yakni dua tahap. Vaksin pertama dilakukan pada 14 Januari 2021, sementara dosis vaksin selanjutnya pada 28 Januari 2021.

Lalu, mengapa seseorang yang sudah mendapatkan vaksin lengkap masih bisa tertular COVID-19? Benarkah orang yang sudah mendapatkan suntikan vaksin masih ada kemungkinan untuk tertular?

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 UNPAD, Prof. Kusnandi Rusmil, membenarkan hal tersebut. Menurut dia, meski sudah mendapatkan vaksin lengkap, seseorang masih bisa tertular virus corona.

"Jadi kan vaksin itu supaya tubuh kita kebal terhadap penyakit. Tapi ada beberapa orang yang mempunyai gangguan. Gangguan tidak terbentuk kekebalan. Contohnya orang yang makan obat-obatan tertentu, atau orang sedang kena penyakit," ujarnya dalam tayangan Kabar Petang di tvOne, dikutip VIVA, Senin, 15 Maret 2021.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Di sisi lain, Ahli Biologi Molekuler, Ahmad Rusdan Utomo, berpendapat, semua jenis vaksin yang didatangkan ke Indonesia, tidak didesain untuk proteksi terhadap penularan atau infeksi.

"Jadi, misalnya kita lihat vaksin suntikan di bahu. Setiap suntikan vaksin di bahu mayoritas antibodi yang muncul itu adalah antibodi dari leher ke bawah, bukan leher ke atas. Karena kalau kita bicara leher ke atas itu kita perlu antibodi dengan sub tipe IgA," kata dia.

Sementara jika bicara vaksin yang disuntikan di bahu, menurut Ahmad, yang muncul adalah antibodi dengan sub tipe IgG, yaitu sirkulasi di dalam organ tubuh dalam. Artinya, proteksi vaksin baru bisa mencegah organ dalam agar tidak terkena gejala berat.

"Orang yang sudah divaksinasi ini tentu masih bisa terpapar infeksi. Karena misalnya setelah vaksin, kita keluar. Walaupun sudah menggunakan masker, tapi ada kalanya kita juga masih bisa terkena infeksi," tuturnya.

"Nah, kalau kita terkena infeksi setelah vaksinasi, bisa jadi virus yang ada di rongga atasnya itu masih bisa menularkan ke orang lain. Itu sebabnya kita harus tetap menggunakan masker. Tidak hanya untuk melindungi kita sendiri, tapi juga melindungi orang lain," pungkas Ahmad Rusdan Utomo.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya