Studi: Pandemi Tingkat Stres Orang Indonesia Tinggi se-Asia

Ilustrasi stres.
Sumber :
  • Marine Corps Times

VIVA –  Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 lali berdampak pada kesehatan mental masyarakat. Hal ini didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Prudential Corporation Asia dan sebuah grup perusahaan jasa keuangan terkemuka di Inggris, The Economist Intelligence Unit pada Agustus hingga September 2020.

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Melibatkan 5.000 orang dewasa di 13 pasar di Asia diketahui bahwa dibandingkan dengan negara di Asia lainnya, responden di Indonesia paling banyak merasakan stres akibat COVID-19. Hal ini disinyalir karena tingginya tingkat infeksi dan angka kematian di Indonesia.

Meskipun memiliki tingkat stres yang tinggi, masyarakat Indonesia justru terdorong untuk hidup lebih aktif agar lebih sehat. Pasalnya, hanya 11% responden dari Indonesia, lebih sedikit dibanding rata-rata di Asia (sebesar 21,6%), yang tidak melakukan upaya apa pun untuk meningkatkan kesehatan mereka. 

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Sedangkan, mayoritas (42,9%) responden Indonesia melakukan setidaknya dua upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata dari mayoritas Asia (30,9%) yang menjawab hal yang sama. 

Semangat untuk lebih sehat ini juga ditunjang dengan optimisme besar, bahkan memiliki tingkat optimisme terbesar di Asia, bahwa responden percaya kalau kondisi kesehatan mereka akan membaik di tahun 2021.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Siap hadapi krisis

Dari studi tersebut juga diketahui hanya 29% responden dari Indonesia yang mengaku siap menghadapi krisis akibat kondisi medis. Angka ini paling rendah dibanding tingkat kesiapan masyarakat di negara Asia lainnya.

Di sisi lain, studi ini juga mengungkap peran teknologi digital untuk menjawab tantangan serta kesenjangan kesehatan. Hasil studi mengungkap bahwa tingkat penerimaan teknologi kesehatan digital pribadi di Indonesia lebih tinggi dibanding negara Asia lainnya, dengan lebih dari setengah (54,3%) responden dari Indonesia terbuka untuk pemanfaatan teknologi ini. Tingkat penerimaan ini di atas rata-rata tingkat penerimaan masyarakat di Asia yang hanya sebesar 43,9%.

Lebih lanjut lagi, media sosial menjadi sumber informasi yang paling umum digunakan di Indonesia dan tingkat pemanfaatannya sebagai sumber informasi kesehatan bahkan menjadi yang terbesar di Asia – setingkat dengan Thailand. 

Menurut data APJII yang dirilis di November 2020, sebagian besar masyarakat Indonesia memang memilih mengakses internet melalui ponsel. Dari jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 196,7 juta dari total populasi, sebanyak 95,4% menggunakan perangkat smartphone untuk mengakses internet.

Menelisik lebih dalam data The Pulse of Asia - The Health of Asia Barometer juga mengungkap bahwa peran teknologi digital akan semakin besar untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. 

Mayoritas atau 67% responden di Indonesia mengatakan bahwa aplikasi kesehatan mobile bermanfaat bagi mereka untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan. Dari data juga diketahui 68,7% responden Indonesia mengatakan bahwa mereka akan menggunakan lebih banyak teknologi kesehatan digital pribadi selama tiga tahun ke depan untuk meningkatkan kesehatan mereka.
 
Melihat hal tersebut, President Director Prudential Indonesia, Jens Reisch, melalui keterangan resminya mengatakan pihaknya (Prudential) terus berupaya mewujudkan aspirasi dalam membantu masyarakat hidup lebih sehat dan sejahtera agar bisa mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Salah satu cara mewujudkannya adalah melalui transformasi digital untuk melakukan inovasi yang berpusat pada kebutuhan nasabah, dan pandemi telah mengakselerasi transformasi tersebut.  

Dengan meluncurkan aplikasi mobile Pulse by Prudential pada tahun lalu menjadi bagian dari strategi besar perusahaannya untuk mewujudkan aspirasi tersebut dan juga menjawab tantangan kesehatan serta membantu menjembatani kesenjangan perlindungan kesehatan di Indonesia.

Di sisi lain, Chief Operations and Health Officer Prudential Indonesia, dr. Dian Budiani, mengatakan, dengan adanya teknologi telemedichine tersebut dapat memudahkan pengguna dalam mendapatkan dan bertukar informasi tentang kesehatan, memperoleh gambaran umum tentang kondisi kesehatan serta pemahaman lebih baik tentang gejala penyakit yang dibantu oleh AI. 

Selain itu, aplikasi tersebut juga menghadirkan paket berlangganan yang membantu pengguna untuk bisa hidup lebih sehat, menyediakan layanan konsultasi dengan dokter umum serta spesialis secara online, hingga akses untuk mendapatkan perlindungan asuransi jiwa dan layanan khusus bagi Nasabah Prudential Indonesia.

Serta memberikan dukungan bagi penggunanya untuk memenuhi kebutuhan spiritual mereka dengan beberapa di antaranya menyediakan inspirasi serta doa harian dan jadwal pengingat Salat.

Kini aplikasi tersebut juga menawarkan paket baru yang membantu penggunanya merencanakan, mencatat hingga mengadopsi pola makan baru yang semuanya dibantu oleh teknologi AI, mengakses komunitas dan konten eksklusif, menghadirkan fitur latihan fisik yang interaktif dengan Exercise Buddy, hingga menyediakan tantangan untuk menaikkan/menurunkan berat badan dan dukungan konsultasi dengan ahli diet. 

Selain paket berlangganan baru, aplikasi itu juga menghadirkan komunitas baru, yaitu Dance for Wellness yang mengumpulkan para pengguna yang gemar menari sekaligus berbagi informasi tentang bagaimana menari dapat membuat kita hidup lebih sehat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya