Studi: 34 Persen Pasien COVID-19 Idap Gangguan Kesehatan Mental

COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Sebuah studi baru skala besar menunjukkan sepertiga orang yang didiagnosis dengan COVID-19 memiliki gangguan kesehatan neurologis atau mental dalam enam bulan setelah dites positif.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Studi yang diterbitkan di Lancet Psychiatry mengamati 240 ribu orang yang menderita COVID-19, serta orang yang terkena flu atau infeksi saluran pernapasan. Ditemukan 34 persen orang yang terkena virus corona jenis baru itu didiagnosis dengan gangguan otak atau kesehatan mental.

Lebih lanjut, studi tersebut menemukan 17 persen mengalami gangguan kecemasan, 14 persen didiagnosis dengan gangguan mood, 7 persen memiliki masalah penyalahgunaan zat dan 5 persen mengalami insomnia, begitu dikutip dari laman ABC News.

Dituding Nikita Mirzani Lakukan Kekerasan, Rizky Irmansyah Batasi Komentar Instagram

Dr. Mohammed Reza, seorang spesialis penyakit menular, mengatakan orang yang selamat dari COVID-19 memiliki risiko 44 persen lebih besar terkena masalah ini dibandingkan dengan orang yang terserang flu. Studi tersebut juga menemukan orang yang berada di rumah sakit atau ICU lebih mungkin mengalami gejala jangka panjang ini.

“Sekitar 13 persen orang yang memiliki gejala neurologis ini, ini adalah pertama kalinya mereka didiagnosis gejala neurologis. Itu cukup mengejutkan. Ada banyak orang setelah COVID-19 yang mengalami gangguan saraf atau suasana hati ini," ujar Reza.

Fix Putus, Nikita Mirzani Ngaku Alami Kekerasan Mental dan Fisik dari Rizky Irmansyah

Reza mengatakan jika Anda melihat gejalanya, dan Anda menderita COVID-19, hubungi dokter terdekat. Dia juga menganjurkan untuk banyak istirahat, menjaga pikiran positif dan makan makanan yang sehat.

"Hal-hal lain adalah aktif secara fisik," kata Reza.

Ia menambahkan, "Perhatikan semua jenis gejala kebingungan, gejala depresi, terutama setelah COVID, kecemasan, dan bicarakan dengan dokter perawatan primer Anda. Bicaralah dengan psikiater. Dapatkan bantuan medis yang Anda butuhkan. Tindak lanjuti dengan cermat," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya