Kolom Prof Tjandra: Perkembangan Data Efikasi Vaksin COVID-19

Prof Tjandra Yoga Aditama
Sumber :
  • Dokumentasi Prof Tjandra

VIVA – Efikasi vaksin yang ditunjukkan dari hasil uji klinik fase tiga tentu menjadi dasar penting dalam penentuan penggunaan suatu vaksin. Selain itu, perkembangan beberapa varian dan mutasi baru juga bayak dapat perhatian, khususnya apakah keberadaannya mengganggu daya proteksi yang dihasilkan oleh vaksin yang ada.

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Kita tahu bahwa di negara kita kini digunakan vaksin Sinovac dan juga Astra Zeneca, dan tentunya di waktu mendatang mungkin saja ada kemungkinan jenis vaksin yang lain pula.

Sinovac
Dalam beberapa hari ini cukup banyak berita tentang pernyataan pimpinan “China Centers for Disease Control – CDC” yang mengatakan bahwa vaksin buatan negaranya “don’t have very high protection rates”.

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Memang belum ada publikasi resmi di jurnal internasional terakreditasi, tetapi publikasi awal (belum di analisa oleh kelompok pakar) dari peneliti Brazil menunjukkan angka efikasi vaksin Sinovac sebesar 49,1 persen, di bawah batas 50 persen yang biasa dianut oleh WHO, FDA Amerika Serikat dan EMA Eropa.

Tetapi kemudian data lanjutan dari uji klinik fase tiga di Brazil menunjukkan angka efikasi keseluruhan sebesar 50,7 persen, dan angka ini bertambah pada status penyakit yang lebih berat. Di sisi lain ada data pada kelompok yang kecil bahwa angka efikasinya dapat meningkat menjadi 62,3 persen bila dosis pertama dan kedua diberikan dalam interval 3 minggu atau lebih. Dikabarkan bahwa sampai 7 April 2021 maka sudah ada lebih dari 180 juta dosis vaksin Sinovac yang digunakan di sekitar 30 negara di dunia.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Seperti kita ketahui, vaksin Sinovac mendapat “Emergency Use of Authorization (EUA)” (Persetujuan penggunaan dalam kondisi darurat) dari BPOM kita pada 11 Januari 2021 dengan hasil efikasi 65,3 persen berdasar hasil uji klinik di Bandung.

Ketika itu, hasil uji klinik vaksin ini di Turki menunjukkan angka efikasi 91,25  persen, sementara uji di Brazil memberi angka efikasi yang mulanya menyebut di atas 50 persen dan kemudian ditanya adalah 78 persen. Seperti diketahui dalam beberapa hari menjelang awal Ramadhan maka kasus COVID-19 di Turki naik lagi, menjadi sekitar 50 ribu per hari.  Angka kasus di Brazil juga masih belum dapat dikendalikan dan bahkan jumlah kematian dalam satu hari pernah tercatat lebih dari 4000 orang, sangat tragis.

Astra Zeneca
Selain vaksin Sinovac maka BPOM kita juga sudah memberikan “Emergency Use of Authorization (EUA)” untuk vaksin Astra Zeneca pada 9 Maret 2021. Dokumennya menyebutkan bahwa  efikasi vaksin ini dengan 2 dosis standar yang dihitung sejak 15 hari pemberian dosis kedua hingga pemantauan sekitar 2 bulan menunjukkan efikasi sebesar 62,10 persen.

Vaksin Astra Zeneca ini juga sudah mendapat “Emergency Use of Listing (EUL)” dari WHO. Khusus tentang varian baru maka dokumen EUL WHO bulan Februari 2021 menyebutkan bahwa vaksin Astra Zeneca punya efikasi yang tinggi untuk melindungi terhadap varian B.1.1.7 (yang awalnya dilaporkan di Inggris), tetapi mungkin kurang efektif terhadap varian B.1.351 yang pertama dilaporkan dari Afrika Selatan. Kita ketahui bahwa ada beberapa vaksin yang juga diduga tidak memberi perlindungan yang baik terhadadap varian B.1.351, termasuk vaksin Pfizer, Johnson & Johnson dan Novavax.

Selain tentang efikasi maka kita juga terus mengikuti analisa ilmiah tentang kemungkinan efek samping bekuan darah pada vaksin ini, yang oleh WHOI disebut “plausible” dan perlu kajian ilmiah lebih lanjut.

Dalam perkembangan waktu maka kita akan masih mungkin mendapat informasi baru tentang efikasi berbagai vaksin COVID-19 yang ada di dunia. Kita menyadari bahwa vaksinasi, bersama 3M dan 3 T merupakan kunci utama dalam pengendalian pandemi di dunia, dan juga di negara kita.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI 
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes


Pandemi COVID-19 hingga kini belum berakhir. Untuk itu tetap patuhi protokol kesehatan dan selalu lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Menjauhi Kerumunan, serta Muncuci Tangan Pakai Sabun.

#ingatpesanibu
#satgascovid19
#jagajarak
#pakaimasker
#mencucitanganpakaisabun

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya