Wanita Gak Akan Kena Kolesterol dan Diabetes Jika Hormon Ini Terjaga

Ilustrasi wanita.
Sumber :
  • Freepik/marymarkevich

VIVA – Di masa reproduksi, kondisi kesehatan seorang wanita umumnya sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Hormon estrogen adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon seks wanita.

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Konsultan Endokrin dan Fertility, Dr. dr. Kanadi Sumapradja, Sp.OG(K), Msc, mengatakan, akan banyak dampak buruk yang terjadi jika seorang wanita kekurangan hormon estrogen di dalam tubuhnya. Apa saja?

"Seorang perempuan di masa reproduksinya ini kondisi kesehatan secara umumnya sangat dijaga oleh hormon estrogen. Hormon ini akan melindungi dinding pembuluh darah dari terbentuknya bekuan atau kekakuan yang menyebabkan terjadinya sumbatan aliran darah," ujarnya saat Soft Launching Layanan Endocrine Center di RSU Bunda Jakarta, Rabu 26 Mei 2021.

Jangan Anggap Remeh, Ini 4 Tanda yang Menunjukkan Anda Alami Stres

Lebih lanjut, dokter Kanadi mengatakan, jarang ada kasus seorang wanita terkena serangan jantung jika hormon estrogennya terjaga dengan baik.

"Umumnya kalau dia sudah kehilangan hormon estrogen, misal pada masa pasca menopause, maka mulai terjadi angka kejadian kelainan pada aliran pembuluh darah menjadi meningkat kejadiannya," kata dia.

Waspada! DBD di Indonesia Melonjak Hampir 3 Kali Lipat pada Kuartal I 2024

Selain itu, menurut Kanadi, hormon estrogen juga dapat mempertahankan kadar kolesterol baik (HDL). Sehingga risiko untuk mengalami kadar kolesterol jahat (LDL) akan sangat berkurang.

"Oleh karena itu, jarang sekali kita mendengar seorang perempuan mengalami problem dengan kadar kolesterol yang jahat. Karena hormon estrogen ini akan melindungi. Dan juga kelainan-kelainan metabolik, seperti diabetes jarang sekali. Sepanjang hormon estrogennya masih baik," terang dia.

Tapi lain hal jika wanita sudah kehilangan hormon estrogen baik di usia muda atau dewasa. Maka, risiko untuk mengalami kelainan-kelainan metabolik akan menjadi sangat meningkat.

"Risiko untuk mengalami masalah penyakit jantung dan pembuluh darah juga akan semakin meningkat. Hal-hal inilah yang umumnya perlu dipahami," tuturnya.

Oleh karena itu, menurut Kanadi, bukan berarti jika sudah kehilangan hormon estrogen harus selalu diganti.

"Tetapi dia harus memahami bahwa risiko untuk mengalami kelainan-kelainan seperti itu akan semakin dekat. Maka dia harus mengubah pola gaya hidupnya, mengatur agar jangan sampai terpapar dengan risiko-risiko yang mungkin dapat memicu terjadinya kelainan metabolik dan lain sebagainya," imbuh dr. Kanadi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya