Pahami Risiko IQ Rendah pada Bayi yang Lahir Prematur

Ilustrasi bayi prematur.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan sangat rendah cenderung memiliki IQ yang lebih rendah saat dewasa. Dampak jangka panjang ini tentu harus menjadi perhatian para orangtua untuk mencegah kemampuan kognitif si kecil yang rendah di masa tumbuh kembangnya.

Sekolah Rentan Bencana Capai 57 Persen, Kemendikbud: Waspada!

Temuan ini dipaparkan dalam sebuah penelitian di jurnal JAMA Pediatrics. Pakar University of Warwick membandingkan data tentang hasil kelahiran cukup bulan (37-41 minggu) dan kelahiran sangat prematur (28-32 minggu) atau berat badan rendah (kurang dari 1,5kg) dari kelahiran dari delapan penelitian sebelumnya.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa saat dewasa, para bayi itu cenderung tumbuh dengan memiliki 12 poin IQ lebih rendah pada mereka yang lahir sangat prematur atau berat badan kurang, jika dibandingkan dengan bayi lain yang lahir cukup bulan.

Smart Finance Gandeng CBI Redam Risiko Kredit Macet

"Terlahir sangat prematur atau dengan berat lahir sangat rendah terus memiliki dampak jangka panjang yang sangat signifikan terhadap rata-rata IQ," kata penulis makalah dan psikolog Robert Eves dari University of Warwick, dikutip dari laman Daily Mail.

Temuan ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah atau sangat prematur cenderung memiliki tingkat kinerja kognitif yang lebih rendah di masa kanak-kanak.

RSUD Bayu Asih Purwakarta Klarifikasi Sangkaan Penolakan Penanganan Bayi Prematur

Dalam studi terbarunya, Mr Eves dan rekan menganalisis data pada 2.135 orang yang lahir antara 1978-1995 dan yang juga memiliki IQ mereka dinilai antara usia 18-30. Dari subjek ini, 1.068 lahir sangat prematur atau dengan berat lahir sangat rendah, sedangkan 1.067 sisanya lahir cukup bulan dan menjadi kontrol.

Tim menemukan bahwa individu yang lahir sangat prematur atau berat lahir sangat rendah mencetak IQ rata-rata 88 - 12 poin lebih rendah dari rekan-rekan mereka yang cukup bulan. Data tersebut bersumber dari delapan studi kohort sebelumnya - yang mencakup lima negara Eropa serta Australia dan Selandia Baru.

"Aspek multi-kohort, internasional dari penelitian ini terutama dapat memberi kami kepercayaan diri dalam temuan penting ini," kata Mr Eves.

Penyebab lain
Menurut tim, faktor risiko yang terkait dengan kinerja IQ yang lebih rendah termasuk masalah paru-paru yang parah alias displasia bronkopulmonalis. Selain itu, bahaya lain adalah pendarahan neonatal ke otak, disebut 'perdarahan intraventrikular. Juga, ibu yang berpendidikan rendah.

"Sementara sebagian besar lahir sangat prematur atau berat lahir sangat rendah menunjukkan perkembangan kognitif dalam kisaran normal, banyak yang mungkin mendapat manfaat dari intervensi awal yang lebih baik," kata penulis makalah dan psikolog Dieter Wolke, juga dari Warwick.

Ini mungkin, lanjut peneliti, termasuk mengurangi displasia bronkopulmonalis dan perdarahan intraventrikular dalam perawatan neonatal. Serta, intervensi pendidikan dari mereka yang lahir dalam keluarga yang kurang beruntung secara sosial.

Tim peneliti pun menyarankan, bahwa anak-anak yang sangat prematur atau berat lahir rendah mungkin memerlukan dukungan pendidikan tambahan untuk meningkatkan pembelajaran mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya