Wacana Sekolah Tatap Muka, Pakar UI Khawatir Mutasi Baru COVID-19

Ilustrasi sekolah tatap muka.
Sumber :
  • Andri Mardiansyah/ VIVA.

VIVA – Menteri Pendidikan dan kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim, mencanangkan sekolah tatap muka dimulai Juli mendatang. Namun, banyak pakar yang menganggap hal tersebut sulit direalisasikan.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Termasuk pendapat Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Prof dr Menaldi Rasmin, SpP(K), yang menyebut bahwa sekolah tatap muka harus dilakukan dengan perencanaan yang matang. Sebut saja, memilah sekolah di daerah-daerah sesuai dengan tingkat penyebaran COVID-19.

Bukan perkara mudah untuk melaksanakan wacana tersebut. Apalagi, mutasi COVID-19 kian meluas dan bersifat lebih mudah menular, terutama pada anak.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Saat ini kita sebetulnya masih belum tahu berapa besar kejadian mutasi varian baru. Jadi menurut saya, ini adalah suatu hal yang patut dipertimbangkan ketika kita menginginkan sekolah tatap muka," kata Prof Menaldi dalam acara virtual bersama FKUI, Jumat, 4 Juni 2021.

Salah satu pertimbangan yang harus dipikirkan secara matang adalah sikap anak dan remaja masih belum dapat diatur terkait penerapan protokol kesehatan. Hal ini, kata Prof Menaldi, tak bisa disamakan dengan orang dewasa yang sudah mulai bekerja dan aktivitas di luar rumah.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Kalau yang tatap muka itu adalah perkantoran, saya kira masih bisa karena orang dewasa masih bisa diatur. Tapi kalau tingkat anak-anak dan remaja itu biasanya main menjadi bagian ke sekolah," imbuh Prof. Menaldi.

Bahkan pada tingkat awal sekolah, proses belajar pada anak cenderung banyak bermain, yang berarti lebih banyak bersosialisasi dan kontak dengan teman-temannya. Untuk itu, pemantauan dan bimbingan perlu diberikan untuk memaksimalkan proses belajar seraya menerapkan protokol kesehatan.

"Jadi kalau memang mau melakukan itu harus dengan peraturan yang ketat, terutama pada anak-anak yang tingkatnya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK, SD, SMP, SMA, sampai pendidikan tinggi," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya