Riset: Heparin Tak Obati Pembekuan Darah Usai Vaksinasi COVID-19

Ilustrasi penyuntikan Vaksin COVID-19
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – European Medicines Agency (EMA) mengeluarkan rekomendasi baru pada dokter untuk tidak menggunakan heparin pengencer darah sebagai obat pembekuan darah langka dan trombosit darah rendah pada orang yang telah mendapatkan vaksin COVID-19 AstraZeneca atau Johnson & Johnson (J&J). 

Untuk menjamin perawatan yang memadai, otoritas obat-obatan Eropa menyoroti rekomendasi sementara dari International Society on Thrombosis and Haemostasis (ISTH). Pada bulan April, ISTH menyimpulkan manajemen perawatan harus dimulai dengan antikoagulasi non-heparin jika dicurigai adanya pembekuan darah terkait vaksin COVID-19 dan trombosit rendah, begitu laporan dari The Health Site.

EMA: Hindari Penggunaan Heparin Untuk Gumpalan Darah

Keputusan EMA untuk menekankan pedoman ISTH sesuai dengan rekomendasi FDA dan Centers for Disease Control, yang telah mengeluarkan peringatan keras untuk tidak menggunakan heparin dalam keadaan tersebut, yang mengklaim bahwa hal itu dapat memperburuk kondisi.

Sesuai pedoman ISTH, dokter harus menangani kasus pembekuan darah dengan antikoagulan non-heparin dan mempertimbangkan pemberian imunoglobulin intravena dosis tinggi. Hal ini juga dilakukan setelah kasus pembekuan dikonfirmasi terjadi pasca vaksinasi dan trombosit rendah.

Kasus pembekuan darah pasca vaksinasi

Menurut regulator obat Area Ekonomi Eropa, 316 insiden pembekuan darah yang tidak biasa dengan trombosit rendah telah dilaporkan pada individu yang mendapat vaksinasi COVID-19 AstraZeneca.

Laporan tentang orang yang mengalami pembekuan darah yang jarang tetapi serius setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca atau J&J telah beredar selama beberapa waktu. Baik vaksin AstraZeneca dan J&J telah dikaitkan dengan pembekuan yang sangat jarang, yaitu sejenis bekuan darah yang dikenal sebagai trombosis sinus vena serebral (CVST).

Survei Ungkap Ketahanan Finansial Milenial Indonesia Tertinggi Se Asia, Ada Tapinya

Ini juga yang telah dikaitkan dengan jumlah trombosit darah yang rendah, atau trombositopenia. Menyusul berita tersebut, banyak negara Eropa telah menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca COVID-19, yang diproduksi dan digunakan di India sebagai Covishield.

Namun, regulator obat internasional juga menyoroti bahwa manfaat vaksin COVID-19 lebih besar daripada bahayanya karena mereka terus mempelajari dugaan pembekuan darah yang jarang terjadi meski mungkin dampaknya fatal. Juga, perusahaan telah mengatakan bahwa kasusnya jarang terjadi, dan mereka sedang menyelidiki terjadinya peristiwa langka ini.

Program Restrukturisasi Kredit Terdampak COVID-19 Berakhir, OJK Ungkap Alasan Tak Diperpanjang

Apa itu pembekuan darah?

Bekuan darah langka dikenal sebagai trombosis dan sebagian besar gumpalan, menurut European Medicines Agency (EMA), terjadi di otak dan perut. Menurut CDC, episode pembekuan telah diamati di beberapa bagian tubuh, termasuk vena dan arteri femoralis, vena jugularis interna, vena ekstremitas atas, dan arteri pulmonalis.

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Gumpalan ini dapat menyumbat atau menghentikan aliran darah di lokasi yang terkena, serta menimbulkan masalah besar jika berjalan ke komponen vital dari sistem peredaran darah seperti otak atau paru-paru.

Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Ketua Bawaslu RI mengatakan bahwa Pilkada Serentak 2024 berbeda dan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penyelenggaraan pilkada serentak sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2024