Lebih Berbahaya, Waspada Gejala COVID-19 Varian Delta

Ilustrasi virus
Sumber :
  • Freepik/Harryarts

VIVA – Varian India atau disebut juga dengan delta varian baru COVID-19, mulai menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Terbukti, varian tersebut kian meluas dan menambah kasus COVID-19 di daerah Kudus, Jawa Tengah.

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Diketahui, saat ini Kudus tengah disorot akibat lonjakan kasus COVID-19. Varian Delta menjadi ancaman yang lebih mengkhawatirkan. Virus ini tengah menyebar luas di China bagian tenggara.

Para dokter pun mengatakan bahwa mereka menemukan gejala dari varian ini berbeda dan lebih berbahaya dibandingkan dari apa yang mereka lihat pada versi pertama virus yang merebak di akhir 2019 di pusat Kota Wuhan.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Lantas, apa saja tanda atau gejala dari varian Delta yang perlu diwaspadai? Dilansir dari laman The Sun, berbeda dengan gejala virus corona saat awal muncul yakni batuk, kehilangan indera penciuman dan rasa, dan suhu tinggi. Tanda-tanda yang harus diwaspadai dari varian Delta saat ini adalah sakit kepala dan sakit tenggorokan, demikian menurut data.

Seorang profesor terkemuka mengatakan, varian Delta pertama kali diidentifikasi di India, tampaknya "bekerja sedikit berbeda". Namun, bisa jadi karena COVID-19 saat ini sedang mewabah di kalangan anak muda, dan gejalanya diketahui berbeda-beda menurut kelompok usia.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Studi Gejala COVID ZOE telah melacak wabah COVID-19 sejak Maret 2020, dengan jutaan orang Inggris melaporkan gejala mereka di sebuah aplikasi.

“Sejak awal Mei, kami telah melihat gejala teratas dan tidak sama seperti sebelumnya. Nomor satu adalah sakit kepala diikuti sakit tenggorokan, pilek dan demam," kata pemimpin penelitian, Prof. Tim Spector kepada The Telegraph.

Dia menjelaskan, semua itu bukan gejala klasik lama, nomor lima adalah batuk jadi lebih jarang dan pihaknya bahkan tidak melihat kehilangan penciuman masuk ke 10 besar lagi.

"Varian ini tampaknya bekerja sedikit berbeda," kata dia.

Sakit kepala mempengaruhi 66 persen orang dengan COVID-19, menurut gejala yang dilaporkan oleh pengguna aplikasi. Sakit tenggorokan (53 persen) dan pilek (49 persen) mengikuti di belakang.

Hilangnya rasa atau bau tidak lagi dalam 10 gejala teratas, aplikasi baru-baru ini ditemukan.

Survei infeksi terkemuka lainnya di Inggris yang ditemukan pada Februari, COVID-19 didefinisikan oleh gejala menggigil, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan nyeri otot.

Keempat tanda ini bersama-sama paling kuat terkait dengan terinfeksi, menurut studi REACT yang dipimpin Imperial College London.

Prof Spector khawatir banyak anak muda tidak terdiagnosis dan menyebarkan virus lebih jauh. Tetapi, dokter termasuk Prof Spector telah lama menyerukan agar daftar itu diperluas dan karena itu menangkap lebih banyak orang yang terinfeksi.

“COVID bertindak berbeda sekarang lebih seperti flu pada populasi yang lebih muda dan orang-orang tidak menyadari hal ini, dan orang mungkin berpikir mereka terkena flu musiman dan mereka masih pergi ke pesta dan mereka mungkin menyebarkannya," kata dia menambahkan.

Varian Delta COVID-19 telah menyebar seperti api di seluruh Inggris dalam hitungan minggu. Data dari Public Health England menunjukkan, kasus meningkat dua kali lipat pada kelompok usia ini, dari 54 menjadi 121 kasus per 100.000 orang. Infeksi juga meningkat dari 47 menjadi 72 per 100.000 orang pada usia 30-an.

Di Indonesia, menurut Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, kasus mutasi dengan varian B1617.2 tersebut kian meresahkan lantaran mulai merambah ke berbagai daerah di Tanah Air. Tercatat, dalam sebulan terakhir ada tambahan yang cukup signifikan terkait mutasi tersebut.

"Untuk update kasus mutasi ternyata dalam 4 minggu terakhir terjadi peningkatan 51.4 persen dari varian Delta dari India di Indonesia," papar dokter spesialis penyakit dalam itu, dikutip dari keterangan persnya.

Prof Ari memperingatkan tingkat penularan yang lebih besar pada varian Delta ini. Dengan hanya berbicara, pasien yang terinfeksi varian COVID-19 ini bisa menularkan pada banyak orang di sekitarnya.

"Kemampuan varian Delta ini menginfeksi lebih mudah dan cepat, jika kita berada dalam satu ruangan dengan orang dengan varian Delta ini  dan orang tersebut bersin atau berbicara maka virus akan lebih cepat berpindah ke orang lain jadi tetap protokol kesehatan ketat," terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya