Spesialis Kulit: Vitiligo Bukan Penyakit Kutukan

Vitiligo
Sumber :
  • Allure.com

VIVA – Penyakit vitiligo atau bercak putih pada kulit merupakan penyakit auto imun yang hingga kini belum diketahui penyebabnya. Penyakit ini tidak menular karena bukan penyakit infeksi.  

Pj Bupati Purwakarta Ingatkan Integritas ASN dan Mitigasi Wabah DBD

Hal itu dikemukakan Ketua Dermatapologi KSM Dept Dermatologi dan Venerologi FKUI RSCM, dr. Sondang MHA Pandjaitan Sirait, SpKK(K), MPd.Ked, FINSDV, FAADV. “Vitiligo juga bukan penyakit kutukan, itu hanya mitos,” ujar Sondang saat webinar yang digelar Regenesis, seperti dilansir dalam keterangan tertulis, Senin, 21 Juni 2021.

Sondang mengemukakan, penyakit yang dapat dideteksi secara kasat mata, yakni adanya bercak-bercak pada kulit akibat penghancuran sel pigmen kulit ini dapat disembuhkan. Saat ini, tercatat 0,1-2 persen revalensi vitiligo atau setara dengan sekitar 5 juta penduduk yang mengalami Vitiligo. 

61 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Surabaya, Kenali Gejala-gejalanya

“Faktor risiko penyakit ini termasuk riwayat keluarga atau penyakit autoimun lainnya, seperti hipertiroidisme, alopecia areata, dan anemia pernisiosa,” ujar dr. Sondang.

Ia menambahkan, vitiligo adalah penyakit kronis yang pengobatannya jangka panjang. Butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Salah satu pengobatannya antara lain dengan topical atau disinari.  

Kolesterol Naik Usai Lebaran? Jangan Panik, Ini 5 Tips Menurunkannya

Untuk mencegah vitiligo agar tak makin meluas, menurut Sondang, jika ada bercak putih pada kulit, tidak boleh digaruk atau digosok karena akan menyebabkan bercak putih makin meluas. Sebaiknya segera berobat agar penyakit ini bisa ditangani dengan baik.

Hal senada dikemukakan Ketua KSM Dept Dermatologi dan Venerologi FKUI, Dr. Hanny Nilasari, SpKK(K). Menurut Hanny, banyak orang memiliki persepsi yang salah, menganggap bahwa ini adalah penyakit menular bahkan penyakit kutukan. Padahal vitiligo bukan penyakit menular juga bukan penyakit kutukan.

Hanny mengemukakan, penderita vitiligo bisa mengalami psikososial seperti stres, kecemasan, hingga depresi karena mendapat stigma tertentu. Untuk itu, kata Hanny, dibutuhkan support dari keluarga, lingkungan eksternal seperti teman, dan orang-orang terdekatnya.   

“Dengan memberikan support mental dan pengobatannya akan jauh lebih baik pada kesehatannya karena pengobatan ini membutuhkan waktu yang lama,” kata Dr. Hanny. 

Sebagai bentuk dukungan dan kepedulian terhadap pasien vitiligo, General Manager Regenesis Indonesia Ron Pirolo mengatakan, PT. Regenesis Indonesia menghimpun sebuah gerakan untuk membantu para sahabat vitiligo melalui Gerakan Self-Love Movement pada hari ini, tepat pada bulan peringatan Hari Vitiligo Dunia.  

“Melalui kampanye itu, kami berkomitmen  untuk berkontribusi menjadi support system yang baik bagi para sahabat vitiligo di Indonesia untuk membangun kepercayaan diri,” ujarnya. 

Sales & Marketing Director Regenesis Emmy Noviawati mencontohkan, Winnie Harlow, model yang pernah menjadi model America's Next Top Model adalah penderita vitiligo yang berprestasi. “Dukungan dengan sharing, sukses story, dimana pasien yang bisa eksis dengan kondisinya dapat membangun kepercayaan diri sesama penderita vitiligo,” ujarnya. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya