Dokter Tirta: Orang Indonesia Rame-rame Derita Gejala Ringan COVID-19

dokter Tirta
Sumber :
  • Instagram @dr.tirta

VIVA – Dokter Tirta kembali jadi bintang tamu di acara Podcast Deddy Corbuzier. Seperti biasa, semua dialog antara Deddy dan dr Tirta menjadi sorotan. Lewat podcast tersebut, keduanya masih membahas mengenai COVID-19 yang kini makin banyak memakan korban dan jumlah kasusnya di Indonesia kian bertambah. 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Dokter Tirta pun berpendapan, adanya pengaturan pembatasan jam malam, menurutnya bukanlah solusi yang tepat untuk menurunkan angka COVID-19 di Indonesia. Yang terpenting katanya, masyarakat harus punya kesadaran diri masing-masing untuk memperketat prokes, mulai dari memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun hingga menjauhi kerumunan. 

"Makanya, gw gak setuju kalau ada jam malem. Itu bukan solusi, itu hanya memindah kerumunan di jam lain. Ya kita meningkatkan kesadaran aja.Kita menyadarkan kesadaran masyarakat lewat RT, RW, Posyandu," kata dr Tirta. 

PYCH Binaan BIN Buat Kegiatan Rutin di Papua: Pengembangan Wisata hingga Usaha

Deddy Corbuzier pun sempat penasaran menanyakan, mengapa vaksinasi yang kini sudah dijalankan dan terus-menerus digencarkan justru memunculkan mutasi virus COVID-19 varian delta. Mengenai hal ini, dr Tirta memiliki jawaban tersendiri, 

"Karena efek dari vaksin gejalanya gak berat. Orang sekarang gejalanya ringan-sedang. Orang akan tetap positif tapi gejalanya gak berat, yang terjadi di Indonesia tu rame-rame gejala ringan," katanya.

Ajak Warga Sumut Sukseskan PON 2024, Usung Tagline 'Apa yang Kau Bisa Mainkan'

Menurut dr Tirta, ada tiga gejala ringan COVID-19 yang saat ini banyak dialami masyarakat di indonesia. "Tiga gejala utama, demam, nyeri sendi, anosmia," katanya. 

Tiga gejala utama COVID-19 tersebut, menurut pandangan dr Tirta banyak dialami masyarakat indonesia dua bulan terakhr ini. "Gejalanya demam, pilek ditambah kehilangan indra penciuman jadi anosmia, tenggorokan kering," katanya.

Sementara mereka, pasien COVID-19 yang banyak meninggal dunia lanjut dr Tirta, lantaran adanya gejala berat yang menyertai seperti sesak napas. "Yang meninggal ditambah sesak napas biasanya. Kalau COVID-19  kalau meninggal itu biasanya ada penyebabnya, satu tidak tertolong, jadi memang gejalanya tidak diobati. Awalnya ringan ringan akhirnya virus mencapai paru, paru kerendam jadi pneumonia," katanya. 

Dokter Tirta mengakui, saat ini kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kondisi kesehatannya ke rumah sakit di tengah makin melonjaknya kasus COVID-19 sangat bagus. Karena ia menganggap, COVID-19 juga bisa menjadi silent killer.

"Makanya orang rame rame ke RS itu tindakan yang bagus. Paling gak mereka tahu swab, rata rata tu silent killer, jadi mereka gak ngerti sakit lama-lama batuknya memberat. Kedua, komorbidnya, trio penyakit hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, makanya tiga penyakit ini harus diwaspadai."

"Makanya orang yang meninggal karena COVID-19, rata-rata pasti punya komorbid tiga itu, diabetes, jantung  dan darah tinggi." 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya