Riset Suntikan Dosis Ketiga Vaksin COVID-19 di RI Telah Rampung

Vaksin Covid-19
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Pemberian suntikan vaksin COVID-19 sebanyak dua dosis dianggap cukup untuk menjaga kekebalan tubuh dari serangan virus. Kendati demikian, varian baru kian bermunculan sehingga menimbulkan tanda tanya akan perlunya tambahan dosis ketiga. Lantas, apa kata ahli terkait hal tersebut?

mRNA: Vaksin Masa Depan dan Kunci Ketahanan Nasional?

Rupanya, suntikan dosis ketiga sendiri sedang ditinjau dalam sebuah penelitian dan disusun oleh Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni). Laporan hasil dari pemberian dosis ketiga vaksin Sinovac kepada masyarakat nantinya bisa menjadi pertimbangan pemerintah.

"Memang ada penelitian di Bandung, Jawa Barat. Itu sudah selesai untuk Sinovac, tapi kita tunggu nanti biar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang memberi pengumuman karena sedang disiapkan laporannya, apakah perlu vaksinasi dosis ketiga atau tidak," kata Ketua Peralmuni, Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, dalam acara Dialog Kabar Kamis oleh KCPEN, secara daring, beberapa waktu lalu.

Angka COVID-19 Naik Jelang Nataru, PAPDI Rekomendasikan Ada Vaksin Booster Lanjutan

Prof. Iris tak menampik bahwa suntikan dosis ketiga telah dilakukan oleh negara lain seperti Uni Emirat Arab (UEA). Negara tersebut memberi dua kali suntikan dari vaksin Sinovac dan suntikan ketiga dari vaksin Pfizer, yang artinya menggunakan dua jenis vaksin berbeda.

"Sebenarnya kalau dalam penelitian kedokteran, yang ideal adalah platform yang sama supaya hasilnya terlihat karena tidak ada farmasi yang mau mencampurkan dua macam merek berbeda dalam penelitian mereka," ungkapnya.

Vaksin COVID-19 Berbayar Setelah 31 Desember 2023

Akan tetapi, Prof. Iris menyebut secara teori perbedaan jenis vaksin itu bisa dipahami dalam dunia sains. Sebab, hal tersebut untuk memperluas cakupan dengan hasil yang lebih baik.

"Masuk di akal itu untuk memperluas cakupan dari virus yang bermutasi walaupun belum ada yang khusus Delta," imbuhnya.

Namun, Prof Iris lebih dulu menyarankan agar Indonesia membentuk Herd immunity yakni dengan pemberian 2 dosis terhadap 70 persen masyarakat sesuai anjuran WHO. Mengingat, capaian tersebut masih cukup jauh untuk diraih Tanah Air.

"Negara kita adalah negara penduduk yang sangat amat banyak dan kita harus segera mencapai kekebalan kelompok. Dari WHO minimal adalah 70 persen dari penduduk Indonesia, atau kurang lebih 181 juta orang yang divaksinasi, sedangkan saat ini vaksinasi kita baru 10 persen lebih sedikit," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya