Kasus COVID-19 Terus Meroket, Pakar: Imbas Pemerintah Naikkan Testing

Ilustrasi virus corona.
Sumber :
  • Freepik/pikisuperstar

VIVA – Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 pada Jumat, 16 Juli 2021, mencapai 54 ribu kasus. Sedangkan hari ini, Sabtu 17 Juli 2021, penambahan kasus harian masih berada di angka lebih dari 50 ribu, yaitu tepatnya 51.952 kasus. 

Menurut Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, mayoritas penularan terjadi di Pulau Jawa.

"Kalau kita lihat dari 34 provinsi, kenaikan kasus terjadi di 13 provinsi. Memang yang 11 provinsi itu menurun, yang lain cenderung angkanya lebih sama dengan 1 hari sebelumnya," ujarnya lewat rilis yang diterima VIVA, Sabtu, 17 Juli 2021. 

Ia juga mengatakan bahwa kenaikan angka kasus ini merupakan salah satu dampak dari usaha pemerintah menaikkan angka testing harian.

"Jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya, positivity rate menurun dan ini sejalan dengan jumlah testing yang dilakukan. Jumlah orang yang dilakukan tes sudah sampai 182 ribu orang. Di sisi lain tentunya dilihat kasus sembuh sebanyak 19 ribu. Ini juga naik dibandingkan sehari sebelumnya," kata dia. 

Nadia menjelaskan, jika dilihat jumlah kasus yang ditemukan, hampir 3-4 kali lipat dibandingkan puncak kasus yang ditemukan pada Desember 2020 dan Januari 2021 lalu.

Artinya, saat ini jumlah testing memang ditingkatkan dan pada Desember 2020 dan Januari 2021 memang masih terbatas penggunaan seperti rapid antigen untuk diagnosis atau mendeteksi orang yang sakit.

"Saat ini dengan kombinasi pemeriksaan menggunakan PCR dan rapid antigen, kita bertujuan agar dapat segera menemukan orang sakit supaya kemudian bisa dipisahkan dari orang yang sehat, sehingga tidak ada penularan lagi pada orang di sekitarnya," terang dia. 

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), Dr. Hermawan Saputra menilai wajar terjadi peningkatan angka positif seiring dengan dilakukannya peningkatan testing dan kapasitas testing memang harus terus ditingkatkan.

"Jadi sekarang kasus aktif kita berdasarkan data ada 480 ribu lebih dan kasus suspect-nya lebih dari 200 ribu. Jadi kurang lebih ada 680 ribu yang jumlahnya probable to case sebenarnya," imbuh dia. 

"Oleh karena itu, memang target kita untuk testing ini harus terus ditingkatkan dan bahkan sebenarnya idealnya 900 ribu sampai 1 juta testing per hari. Namun demikian, memang setuju upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini sudah luar biasa. Ada perkembangan dan progress dari hari ke hari," sambung dia. 

Menurut Hermawan, peningkatan angka testing ini akan menyebabkan temuan banyak kasus positif COVID-19, tetapi hal itu penting dan harus dilakukan.

"Jangan khawatir jika didapatkan angka kenaikan yang tiap hari memecahkan rekor. Kenaikan kasus akibat dari angka testing tinggi ini sebenarnya bagus untuk mitigasi risiko agar kita bisa memiliki perencanaan yang lebih baik untuk mempercepat penanganan dan menghindari kematian yang lebih besar. Itu yang paling penting,” katanya.

Dr. Hermawan juga berpendapat, selama ini pola pemeriksaan testing rendah karena sifatnya yang masif-pasif. Testing dilakukan kepada orang yang sudah di rumah sakit, atau orang sudah ada di faskes lain seperti klinik, puskesmas, atau balai pengobatan.

Padahal yang diperlukan sebenarnya dalam perspektif epidemiologi itu yang disebut active case finding.

Jokowi Akui 90 Persen Bahan Produksi Farmasi Masih Impor

"Yaitu upaya dengan cepat di hulu harus terus meningkatkan pada populasi-populasi yang memang berisiko sekali, karena adanya angka-angka yang sudah terjadi indikasi massive transmission atau local transmission di lapangan," ungkap Dr. Hermawan Saputra. 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin

Menkes: Kalau Mau Mencapai Indonesia Emas 2045, Masyarakat Harus Sehat dan Pintar

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan anggaran Kementerian Kesehatan agar didahulukan daripada pendidikan. Hal itu disampaikan Menkes saat Jokowi hadiri raker

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024