dr Reisa: Tekanan Mental Saat Pandemi Tidak Mudah Bagi Anak

dr Reisa Broto Asmoro
Sumber :
  • BNPB

VIVA – Anak-anak Indonesia dihadapkan pada situasi yang sulit akibat pandemi COVID-19 yang telah berjalan setahun lebih. Situasi lebih dari 80 juta anak Indonesia, tidak sedang baik-baik saja. 

Pengakuan Mengejutkan Wanita yang Bunuh Keponakan Lalu Disembunyikan di Tempat Dupa

Sekitar 60 juta anak-anak indonesia kehilangan masa indah di sekolah, sebagian bahkan tidak bisa melakukan pembelajaran jarak jauh karena fasilitas tidak tersedia. Banyak yang kehilangan kesempatan bermain dan mengenal alam terbuka. Di dunia maya pun, ancaman masih ada, masih banyak anak yang mengalami perundungan atau tindakan bully, diskriminasi, dan kekerasan verbal di media sosial.

“Tekanan dan beban mental saat menjalani pandemi pasti tidak mudah bagi anak-anak Indonesia, dan yang paling membuat sedih, beberapa dari anak Indonesia, kehilangan orang tua mereka yang tidak dapat diselamatkan, pada saat menderita COVID-19,” ujar dr. Reisa Broto Asmoro dalam keterangan persnya.

4 Perempuan Pernah Jadi Istri Ari Sigit, Suci Winata Masih Setia

“Kami turut berduka cita atas kehilangan mereka, dan mendoakan yang terbaik, bagi mendiang ayah bunda yang mendahului kita. Semoga Tuhan memberikan kekuatan dan kesabaran bagi anak yang ditinggalkan. Justru pada masa pandemi, anak Indonesia harus makin kita lindungi, agar masa depan mereka, yaitu masa depan kita juga, jauh lebih baik,” harap dr. Reisa.

Penambahan kasus harian diharapkan bisa diturunkan. Kapasitas rumah sakit juga diupayakan maksimal untuk merawat pasien dengan gejala berat meskipun jumlahnya bertambah, dan angka kematian karena COVID-19 harus ditekan sampai serendah mungkin.

Tantrum Anak Bukan Hal Seram! Ini Rahasia Mengatasinya dengan Bijak

Sejak pandemi dimulai pemerintah juga terus menguatkan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment). dr. Reisa menjelaskan kembali pentingnya testing atau menguji seseorang positif atau negatif terhadap COVID-19 supaya pasien cepat dirawat dan disembuhkan, dan jangan sampai menulari orang lain.

“Tidak semua orang memiliki kesehatan prima, misalnya orang lanjut usia yang sudah punya penyakit menahun, apabila tanpa sengaja tertular oleh orang yang membawa virus, bisa berakibat fatal,” ujar dr. Reisa.

dr. Reisa menambahkan, tracing atau kegiatan melacak siapa saja yang dekat dengan pasien yang baru saja diketahui positif COVID-19, supaya kita tahu siapa saja yang tertular dan yang tidak. Dengan begitu, mata rantai virus corona jenis baru dapat dihentikan. 

Treatment atau perawatan, bagi yang terkonfirmasi positif setelah melakukan testing dan tracing bisa segera kita periksa, untuk memutuskan apakah disarankan isolasi mandiri, dirujuk ke isolasi terpusat punya pemerintah, atau bagi yang punya penyakit peserta yang berbahaya, dirujuk segera di rumah sakit rujukan, agar dapat perawatan intensif,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya