Ini Kelompok yang Paling Sulit Terapkan Protokol Kesehatan 3M

Anak mencuci tangan
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Berbagai tantangan masih terus dihadapi pemerintah pusat dan daerah, dalam rangka mengedukasi masyarakat dan mencegah penyebaran COVID-19. Terutama kepada kelompok masyarakat rentan yang situasi kehidupan dan pekerjaannya tidak memungkinkan social distancing dan bekerja dari rumah. 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Kelompok rentan ini dinilai paling sulit melaksanakan perilaku protokol kesehatan, karena terbatasnya akses air bersih, sabun, dan fasilitas sanitasi, serta rendahnya kesadaran atau informasi tentang perilaku yang aman. 

Selain itu, kelompok tersebut juga sangat bergantung pada pasar tradisional, penggunaan sarana transportasi umum, puskesmas, serta kemungkinan anak-anaknya akan masuk kembali ke sekolah untuk pembelajaran tatap muka. 

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Maka dari itu, dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19, SNV Indonesia mendesain program perubahan perilaku yang bertujuan untuk mengubah perilaku 3M serta pembersihan permukaan dan disinfeksi. Program yang bernama Hygiene and Behaviour Change Coalition (HBCC) ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kerajaan Inggris dan Unilever. 

HBCC Programme Manager, Saniya Niska menjelaskan tiga pendekatan program HBCC, yaitu peningkatan kesadaran publik melalui media massa, kampanye perubahan perilaku di tingkat kabupaten/kota, serta perubahan perilaku dengan media digital.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Dengan target sasaran utama, antara lain murid sekolah, petugas kebersihan, kelompok disabilitas dan pengguna fasilitas kesehatan dan fasilitas umum.

Menurut Saniya, selama 11 bulan pelaksanaan Program HBCC di 8 kabupaten dan 2 kota (Cimahi, Gunung Kidul, Surakarta, Bantul, Probolinggo, Kebumen, Sleman, Gresik, Lombok Timur dan Lombok Tengah), telah terlihat praktik baik perubahan perilaku kebersihan dalam rangka mengurangi penyebaran COVID-19.

Perubahan prilaku

Contohnya, kampanye perubahan perilaku School of 5 di 101 sekolah dan madrasah telah menjangkau 1.342 guru dan lebih dari 100 ribu murid. Berbagai sesi yang dilaksanakan daring dan luring telah meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan kepercayaan diri untuk mempraktikkan upaya 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).

“Anak-anak didorong untuk berkomitmen melalui ikrar 3M dan mempromosikan 3M ke keluarga dan lingkungan terdekat. Lebih dari 600 dokter kecil (dokcil) juga dilatih untuk menjadi role model bagi teman-temannya," ujarnya saat talkshow Lokakarya Diseminasi Nasional: Praktik Baik dan Pembelajaran Program HBCC Tanggap COVID-19 dengan Intervensi Higiene di YouTube Katadata, Selasa 27 Juli 2021. 

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dispendik Kabupaten Gresik, Nur Maslichah, mengatakan, melalui program tersebut pihaknya berhasil meningkatkan pengetahuan mengenai 3M kepada lebih dari 200 guru sekolah dasar dan 5.000 siswa. 

"Melalui program HBCC, saya merasa mendapat nutrisi sendiri, merasa bersemangat dalam mengkampanyekan 3M. Kami sampaikan bahwa program ini sejalan dengan visi-misi Kabupaten Gresik, yang menginginkan masyarakat maju dan sejahtera," kata Nur Maslichah. 

Guru MIN 2 Sleman, Adib Kurniawan, menekankan pentingnya penggunaan media digital dan materi yang menarik untuk menjangkau peserta didik dalam edukasi 3M. 

"Yang tidak boleh terlupakan tentunya peran orang tua dan guru dalam mendampingi anak-anak serta mendorong praktik 3M di lingkungan rumah," tutur Adib. 

Direktur SNV Indonesia, Ismene Stalpers, pun berharap upaya bersama untuk mengatasi COVID-19 tidak berhenti pada HBCC. Pemerintah daerah dapat mengadopsi, mereplikasi dan mempertahankan pendekatan yang efektif di sekolah, fasilitas kesehatan, pasar, dan terminal bus menggunakan sumber daya lokal.

"Kami dengan senang hati membagikan semua materi komunikasi dan edukasi, sehingga dapat dikontekstualisasi dan diinternalisasi sesuai kebutuhan daerah. Saya mendorong Bapak Ibu Pemerintah Daerah untuk mempertahankan apa yang telah kita laksanakan dan capai bersama," kata dia.

Sementara itu, Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kementerian Dalam Negeri, Edy Suharmanto, juga mendorong pemerintah daerah, kelompok masyarakat, seperti tokoh agama hingga pemuda, untuk terus memberikan sosialisasi mengenai pencegahan COVID-19.

"Pemerintah pusat sudah menyiapkan anggaran yang bisa digunakan oleh pemerintah daerah, terkait pengadaan masker bagi masyarakat atau pun menunjang kegiatan pencegahan COVID-19,” tegasnya. 

Hal ini sejalan dengan pernyataan Kepala Dinas Kabupaten Kebumen, dr. Dwi Budi, bahwa anggaran pemerintah tidak boleh kaku untuk memastikan pemerintah hadir dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya di situasi pandemi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya