- Freepik/freepik
VIVA – Vaksin dapat menghasilkan antibodi yang dapat membantu tubuh melawan virus. Beberapa vaksin efektif pada varian COVID-19 tertentu, sementara yang lain tidak memberikan banyak perlindungan.
Namun cukup sulit mengetahui tubuh siapa yang memiliki antibodi lebih banyak setelah divaksinasi, atau siapa lebih rentan terinfeksi. Tapi, sebuah penelitian yang dilakukan baru-baru ini, mengungkapkan bahwa respons imun terhadap virus tergantung pada beberapa faktor dan salah satunya adalah usia.
Dilansir Times of India, Rabu 28 Juli 2021, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, individu yang lebih muda memiliki lebih banyak antibodi dibanding orang yang lebih tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Oregon Health & Science University (OHSU) meneliti 50 peserta yang telah mendapatkan suntikan vaksin Pfizer dosis kedua. Mereka membagi peserta menurut usia, kemudian menguji serum darah mereka.
Temuan penelitian mengungkap, mereka yang berusia 20-an memiliki respons antibodi 7 kali lebih kuat dibanding mereka yang usianya di atas 70 tahun.
Data yang dikumpulkan dari penelitian menunjukkan perkembangan linier tingkat antibodi rendah dari peserta yang lebih muda ke peserta yang lebih tua. Perbedaannya lebih lebar antara peserta berusia 20an dan 70an.
Namun para penulis penelitian menegaskan, meski tingkat respons antibodi rendah di antara orang yang lebih tua, melakukan vaksinasi tetap penting. Karena vaksinasi adalah satu-satunya cara untuk tetap aman dan mengurangi risiko komplikasi virus. Dibandingkan dengan infeksi alami, vaksinasi memberikan respons antibodi yang lebih kuat pada orang yang lebih tua.
Bagaimana pun, mendapatkan vaksin adalah satu-satunya cara untuk melindungi dari komplikasi COVID-19 yang serius. Vaksinasi sangat penting untuk orang yang lebih tua karena sistem kekebalan mereka rendah dan mereka membutuhkan lebih banyak perlindungan
