Virus Marburg Lebih Mematikan dari COVID-19, Gejalanya Mirip

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • Freepik/Harryarts

VIVA – Virus Marburg sudah muncul sejak puluhan tahun lalu. Namun, virus tersebut kini kembali tersebar di Afrika. Menurut dr. Robert Shinto SpPD, KPTI virus tersebut bisa menular melalui cairan tubuh.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

"Virus Marburg menular melalui kontak cairan tubuh pasien, bisa dari bagian manapun,  termasuk darah. Corona kan droplet, ini droplet plus kontak," kata Robert dalam acara Hidup Sehat tvOne, Selasa, 24 Agustus 2021.

"Prinsipnya di orang yang tertular harus ada robekan atau luka, atau ke mulut, mata, hidung, cairan tubuh yang menularkan segala macam termasuk ASI, bahkan beberapa laporan termasuk dari sperma," ujarnya lagi.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Maka menurut Robert, Marburg lebih infeksius dibanding Corona. Bahkan angka kematian juga dilaporkan di atas 50 persen. Semua orang memiliki risiko untuk terjangkit virus ini.

"Bisa menyerang anak kecil, balita sampai orang dewasa, tidak ada sub umur tertentu yang lebih rentan, angka kematian jauh lebih tinggi. Marburg ini dilaporkan angka kematian 23-80 persen, rata-rata kematian lebih dari 50 persen," katanya.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Namun, penularan Marburg tidak semasif COVID-19. Penderita Marburg akan bergejala yang mudah dikenali. Dengan begitu, karantina akan mudah dilakukan.

"Satu minggu pertama gejalanya demam, nyeri otot, diare, hampir sama dengan gejala dari virus manapun. Di hari ke 5 bintik merah makin keluar. Di minggu kedua makin berat karena pendarahan hidung, rongga tubuh, jalan lahir juga bisa," katanya.

Menurut Robert, virus ini bukan suatu hal yang tidak mungkin akan masuk ke Indonesia atau negara lainnya. Contohnya, Marburg sudah pernah ke Jerman karena binatang yang diteliti ternyata membawa virus tersebut.

"Tidak ada yang tidak mungkin. Apalagi sekarang penerbangan bebas, mobilitas tidak terbatas. Namun COVID buat kegiatan terbatas. Cara efektif menahan transmisi, menahan supaya tidak ada transmisi dari negara tersebut, WHO juga sudah mengeluarkan travel warning dari negara yang terjangkit virus itu," ujar Robert.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya