Salah Kaprah, Pendarahan Otak Beda dengan Stroke

ilustrasi otak manusia.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Presenter sekaligus komedian, Tukul Arwana dilarikan ke rumah sakit akibat mengalami pendarahan otak. Hal ini membuat masyarakat menjadi aware dan ingin tahu lebih dalam mengenai kondisi pendarahan otak ini.

Tukul Arwana Masih Rutin Jalani Terapi, Anak Minta Doa

Banyak juga yang beranggapan bahwa pendarahan otak sama dengan stroke, mengingat keduanya memiliki gejala yang mirip, seperti kelemahan pada salah satu sisi tubuh, sulit bicara atau bahkan mati rasa.

Lalu, benarkah pendarahan otak sama dengan stroke? Spesialis neurologi, dr. Nurul Rakhmawati, Sp.N, membantah hal tersebut. Menurut dia, pendarahan otak dianggap sama dengan stroke, adalah mitos belaka.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

"Artinya gini, pendarahan otak itu ada dua macam, satu karena trauma, yang kedua non trauma. Nah, non trauma ini salah satu penyebabnya karena stroke perdarahan," ujarnya dalam tayangan Hidup Sehat tvOne, Senin, 27 September 2021.

"Jadi, stroke perdarahan yang dipicu oleh salah satunya darah tinggi. Karena tekanannya tinggi, dipompa terus jadi pembuluh darahnya meregang, sehingga membentuk seperti balon namanya aneurisma," lanjut dia.

Sederet Tips Jitu untuk Turunkan Berat Badan Setelah Lebaran

Dokter di RS Pusat Otak Nasional (PON) Jakarta itu lebih lanjut menjelaskan, aneurisma merupakan pembuluh darah yang melebar karena dinding pembuluh darahnya lemah.

"Nah, karena pembuluh darahnya ini sudah tidak baik, sehingga dia mudah pecah kemudian terjadilah perdarahan," tuturnya.

"Hal lainnya adalah karena ada kelainan di pembuluh darah itu sendiri. Pembuluh darahnya dia tidak normal, bentuknya agak beda dan tidak lurus, itu juga bisa memicu perdarahan," sambung dia.

Nurul pun menjelaskan, pendarahan otak terjadi tergantung aneurismanya terbentuk di sebelah mana.

"Namun biasanya lebih sering terjadi di daerah talamus (di dalam) atau di area luar juga bisa. Jadi memang tergantung banget, tiap kasus berbeda-beda," terang dr. Nurul Rakhmawati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya