WFH Berpotensi Penyakit Jantung, Ini 5 Tips Pencegahannya

Ilustrasi penyakit jantung.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian paling pertama pada masyarakat dunia. Padahal, penyakit jantung ini pada dasarnya dapat dicegah dengan gaya hidup yang baik dan lebih teratur.

Netizen Kritik Adab Nagita Slavina Kasih Bekas Makanan dari Gigitannya ke Karyawan RANS

Dikatakan Dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah, dr. Radityo Prakoso, SpJP (K), FIHA, gaya hidup yang dilakukan dengan baik dapat menjadi jalan utama mencegah penyakit jantung dan komplikasinya. Tak hanya itu, faktor-faktor risiko pada penyakit jantung bisa dimodifikasi dengan gaya hidup sehat.

’’Rantai pencegahan yang pertama adalah promosi kesehatan. Hal ini merupakan ujung tombak utama untuk memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat. Sasarannya adalah orang sehat agar faktor-faktor yang dapat dimodifikasi bisa dikurangi,” ujar dokter Radityo dalam diskusi virtual bersama Airfryer Philips Essential, baru-baru ini.

Pj Bupati Purwakarta Ingatkan Integritas ASN dan Mitigasi Wabah DBD

Untuk itu, butuh pencegahan dari gaya hidup yang baik bagi penyakit jantung. Apa saja? Berikut tipsnya.

Ilustrasi jantung

Photo :
  • Times of India
61 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Surabaya, Kenali Gejala-gejalanya

Mengetahui faktor risiko

Faktor risiko sendiri terbagi dua, lanjut Radityo, yakni yang dapat dimodifikasi dan tak bisa dimodifikasi. Pada yang tak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga yang mana tak dapat dihindari.

Pada gender perempuan, kasus penyakit jantung cenderung lebih rendah. Hal ini lantaran ada faktor proteksi dari siklus menstruasi dibandingkan laki-laki yang tak ada perlindungan sama sekali.

Tetapi seiring berjalannya usia, peluang penyakit jantung akan sama besarnya sehingga hal ini yang perlu dijaga. Untuk itu, para perempuan yang memasuki masa menopause perlu memodifikasi pola makannya.

"Selama perempuan menstruasi relatif lebih aman, tetapi ketika dia sudah mencapai menopause maka risiko terkena penyakit jantung koroner ini menjadi sama dengan laki-laki,” kata Radityo.

Kenali riwayat keluarga

Menurut Ketua Terpilih Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) itu, riwayat keluarga sangat berperan pada penyakit jantung. Saat orangtua memiliki penyakit jantung, sang anak berisiko mengidap kasus serupa.

Terlebih, semakin tinggi usianya maka risiko tersebut menjadi dua kali lipat. Dengan mengetahui hal ini, maka seseorang dapat melakukan perubahan pada gaya hidupnya melalui asupan sehat sehingga peluang penyakit jantung dapat diturunkan.

"Makanan sehat ini kadang terasa sulit tetapi sebetulnya gampang, kita harus memulai dari diri sendiri. Perubahan kecil yang terus-menerus akan jauh lebih baik dibandingkan melakukan perubahan besar tapi hanya beberapa saat saja," tuturnya.

Asupan lemak

Ilustrasi lemak perut.

Photo :
  • U-Report

Kesehatan (Kemenkes) menganjurkan agar asupan lemak sebatas 25 persen dari energi total dan maksimum 67 gr atau 5 sendok per hari. Asupan tersebut merupakan jumlah total dalam sehari sehingga menu makanan perlu ditelaah lebih jeli.

"Kalau kita lihat satu porsi gorengan itu kira-kira 28 persen mengandung lemak. Kalau nasi padang kira-kira 30 gr lemak atau sekitar 45 persen,” kata Radityo.

Pengolahan makanan

Termasuk pada pemilihan sumber makanan yang mengandung tinggi lemak, sebaiknya dibatasi asupannya. Selain itu, pemakaian alat memasak yang meminimalisasi pemakaian minyak goreng berlebih pun bisa membantu membatasi asupan lemak.

"Kalau digoreng kalori naik. Singkong rebus versus singkong goreng, kalori dua kali lipat pada yang digireng karena lemak masuk. Dari 2 kali dobling itu, kolesterol itu atau lemak meningkat sampai lebih dari 30 persen. Itu yg menyebabkan jadi banyak. Tetapi misal masak daging pakai air fryer, lemak hanya dari daging saja, tidak ditambah minyak," ujarnya.

Aktivitas fisik

Aktivitas fisik sangat dibutuhkan dalam menjaga metabolisme tubuh, termasuk menjaga peredaran darah lancar. Sayangnya, era work from home memicu minimnya aktivitas fisik lantaran lebih banyak duduk sambil kerja. Tak heran, potensi penyakit jantung pun lebih besar bagi yang menjalani gaya hidup sedentary ini.

"Bedakan aktivitas fisik dengan ordinary activity. Kalau aktivitas fisik itu harus ada waktu khususnya dengan berusaha meningkatkan aktivitas aktif. Kalau setiap hari mengejar bus apakah itu aktivitas fisik? Ya belum,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya