Sering Disepelekan, 3 Kebiasaan Sehari-hari Ini Bisa Picu Stroke Otak

gejala stroke
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Stroke otak merupakan kondisi serius yang muncul ketika asupan darah ke berbagai bagian otak terganggu. Kondisi ini menghambat jaringan otak mendapat oksigen dan nutrisi, sehingga memicu stroke.

Sadis! Suami Bakar Istri di Jayapura Gara-gara Sakit Stroke

Ada banyak pilihan gaya hidup yang bisa meningkatkan peluang Anda mengalami stroke. Dari makan tidak sehat hingga menjalani hidup sedentari atau malas bergerak. Berbagai faktor berbeda bisa meningkatkan risiko stroke, baik pada pria maupun wanita.

Dikutip laman Times of India, menurut para peneliti di John Hopkins Medicine, mengonsumsi pil kontrasepsi bisa meningkatkan risiko seseorang terkena stroke. Ini mengindikasikan bahwa wanita lebih rentan terhadap stroke dibanding pria.

Polisi Ungkap Detik-detik Penemuan Ibu dan Anak Tewas Dalam Rumah di Cilandak Jaksel

Menurut para ahli, kombinasi pil kontrasepsi oral dan tempel yang meliputi hormon estrogen, bisa meningkatkan risiko stroke.

Selain itu, masih ada banyak faktor lain yang bisa memicu peningkatan risiko stroke otak, seperti berikut ini.

Terminal Lucidity, Fenomena Seseorang Mendadak Sehat Sebelum Maut Menjemput

Merokok

Merokok adalah kebiasaan yang sangat berbahaya yang tidak hanya membuat Anda rentan stroke, tapi juga mempengaruhi kesehatan jantung dan fungsi pernapasan.

Ilustrasi stroke.

Photo :
  • U-Report

Kurang aktivitas fisik

Malas bergerak, tidak rutin berolahraga, tidak hanya membuat Anda gemuk dan obesitas, tapi juga bisa menyebabkan penyakit besar. Kebiasaan ini meningkatkan risiko stroke dan membuat Anda rentan terhadap kondisi kronis lainnya.

Minum alkohol

Menurut para ahli di John Hopkin Medicine, minum minuman beralkohol secara berlebihan bisa memicu stroke. Departemen Kesehatan Nasiona Inggris (NHS) mengatakan, minum berlebihan biasanya mengacu pada minum alkohol yang banyak dalam jangka waktu pendek atau minum hingga mabuk.

rumah sakit Mandaya dengan Aryaguna Technology bekerja meluncurkan teknologi software E3D. Teknologi ini menciptakan prototype 3D Print yang akan memberi gambaran secara jelas dan mendetail dengan objek visual yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Sehingga, dapat memudahkan proses komunikasi antara praktisi medis dengan pasien. 

”Saya merasa lebih percaya diri dalam melakukan operasi yang sudah terlebih dahulu saya rencanakan dengan 3D Printing sebelumnya. Tahapan operasi akan berjalan lebih cepat dan persiapannya akan lebih lengkap sehingga menghindari hal-hal yang tak terduga sebelumnya,” kata dr. Patar Parmonangan Sp.OT, salah satu Dokter Ortopedi di RS Mandaya, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.

Dengan teknologi ini, praktisi kesehatan mampu melihat dengan jelas serta mendetail berbagai permasalahan yang akan dihadapi sebelum melakukan tindakan, tentunya dapat membantu para praktisi melakukan perencanaan yang lebih matang dan tepat sasaran, sehingga mampu memperkecil resiko kegagalan dalam pelaksanaan tindakan medis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya