Pandemi Picu Badan Melar Hingga Obesitas, Ini Dampak Paling Buruknya

Obesitas
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Ketetapan Work From Home (WFH) selama masa pandemi COVID-19, membuat banyak orang kurang bergerak, sehingga memicu berat badan naik atau yang lebih parah obesitas.

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Dokter spesialis bedah plastik dan rekonstruksi, dr. Steven Narmada, SpBR-RE, pun berpendapat sama. Menurut dia, selama WFH rata-rata berat badan orang-orang akan naik, yang menjadi masalah utama di era pandemi ini.

Menurut dokter Steven, jika dibiarkan berat badan berlebih bisa memicu obesitas, yang membawa banyak sekali dampak, tidak hanya pada penampilan, namun yang terburuk dampak bagi kesehatan secara keseluruhan.

Kolesterol Naik Usai Lebaran? Jangan Panik, Ini 5 Tips Menurunkannya

"Jadi efek obese sendiri sebetulnya bukan hanya penampilan. Yang paling gampang terkenal di lingkungan sosial memang penampilan, kadang kita kena bullying, kadang merasa rendah diri, segala macam. Itu efek psikologisnya. Tapi efek dalamnya ternyata banyak," ujarnya saat Soft Opening Holistique Clinic di Gandaria, Jakarta Selatan, yang digelar Minggu 10 Oktober 2021.

Ilustrasi badan gemuk.

Photo :
  • U-Report
Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Steven menambahkan, sebagai dampak dari obesitas, orang yang bersangkutan dapat mengalami sindrom metabolik. Apa itu?

"Bisa hipertensi, kolesterol tinggi, paling sering ada gangguan-gangguan nyeri pada lutut, diabetes, sampai akhirnya masalah pada jantung koroner atau pun stroke. Masalah utamanya dari kegemukan atau sindrom metabolik ini," terang dia.

Menurut dokter yang berpraktik di klinik Holistique itu, sindrom metabolik khas terjadi pada orang-orang yang mengalami obesitas. Dan sayangnya, beberapa orang menganggap bahwa perut buncit dan kegemukan itu sebagai tanda hidupnya sejahtera.

"Sekarang bukan zamannya lagi perut six pack tapi one pack. Kayaknya cenderung lebih sejahtera. Tapi kalau kita lihat kesejahteraan itu dari gula darah dan tekanan darahnya tinggi, kolesterol baiknya malah rendah, trigliserida tinggi dan banyak penumpukan lemak. Dan akumulasi penumpulan lemak yang tinggi juga akan meningkatkan risiko dari kanker," ungkap dia.

Steven mengatakan, hal-hal yang disebutkan di atas adalah masalah-masalah utama yang dihadapi penderita obesitas, selain penampilan.

" Kesehatan itu silent killer. Jadi kita tidak tahu sampai tiba-tiba kita stroke, jantung. Tambah lagi masalah psikologis. Banyak sekali bullying-bullying walaupun sekarang sudah banyak peperangan terhadap bullying segala macam, tapi tetep aja ada," pungkas dia.

"Di mana dampak psikologisnya cukup besar. Dia bisa menarik diri, dia enggak pede dengan pergaulan sekitarnya, yang harusnya dia bisa produktif dia malah menarik diri," sambung dr. Steven Narmada.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya