Tren Kasus COVID-19 Menurun, Pakar: Nikmati Tapi Jangan Bablas

Ilustrasi virus corona.
Sumber :
  • Freepik/pikisuperstar

VIVA – Tren kasus COVID-19 saat ini tengah melandai yang membuat sebagian masyarakat euforia untuk mulai bebas bepergian tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Pakar menyebut, sikap ini dapat menuai masalah lantaran lonjakan kasus bisa terjadi kapan saja.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog Dirga Sakti Rambe bahwa 48 persen penduduk dunia telah divaksin setidaknya satu kali, lebih dari 6 miliar dosis telah disuntikkan. Dari data tersebut kita dapat pelajari bahwa semua merek vaksin efektif terutama untuk mencegah sakit berat dan kematian.

Karena vaksinasi tidak mencegah penularan, maka sekali pun sudah lengkap vaksin, masyarakat harus tetap disiplin protokol kesehatan guna mendapatkan proteksi lebih optimal. Sebab, ancaman lonjakan kasus COVID-19 tetap ada selama status pandemi belum dicabut WHO.

"Kita tetap menerapkan prokes, meningkatkan laju vaksinasi. Karena selalu ada potensi ancaman lonjakan kasus berikutnya. Ini yang ingin dicegah. Kondisi ini kita nikmati dengan bertanggung jawab. Jangan kebablasan. Maskernya jangan kendor," ucap vaksinolog Dirga, Dalam Dialog Kamis Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9)-KPCPEN, Kamis, 21 Oktober 2021.

Ilustrasi virus corona.

Photo :
  • Freepik/pikisuperstar

Terlebih, tak sedikit masyarakat yang mengaku mau divaksin agar bisa masuk ke berbagai fasilitas publik seperti pusat perbelanjaan dan tempat wisata. Menurut Dirga, pola pikir ini yang seharusnya diubah dengan menanggap bahwa vaksin dapat menyelamatkan nyawa dan bukan sekedar 'tiket' masuk fasilitas publik tersebut.

"Harus lihat vaksinasi penting untuk diri sendiri dan bukan karena terpaksa (atau) karena mau masuk mall. Pertama, (pentingnya vaksin) urusan kesehatan yang menyelamatkan nyawa. Kedua, ya bonus-bonus tadi, bisa masuk mall dan sebagainya," jelas Dirga.

Dirga melanjutkan bahwa cukup manusiawi saat masyarakat merasa lelah dengan kondisi pandemi yang tak menentu ini. Namun pada prinsipnya, pandemi belum selesai, Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga belum mencabut status pandemi. Sehingga upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan tetap jadi nomor satu.

Indonesia Peringkat Kedua, Negara dengan Kasus Terbanyak TB di Dunia

“Pemerintah memiliki instrumen Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di setiap daerah. Itu seperti gas dan rem, kapan dilonggarkan dan diperketat. Tugas kita cuma satu (yaitu) patuh,” tegasnya.

Beri Proteksi Calon Jemaah Haji, Kemenkes Sediakan Vaksin Wajib dan Sunah
Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus di Natal 2023

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Pemerintah akan mengumumkan secara resmi rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024