Waspada, Pakar IDI Sebut Varian COVID-19 AY.4.2 Lebih Ganas

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • Freepik/Harryarts

VIVA – Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban menegaskan bahwa kewaspadaan akan varian COVID-19 AY.4.2 perlu ditingkatkan. Prof Zubairi menyebut bahwa varian 'adik' Delta ini lebih ganas dibanding lainnya.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Hal itu diungkap Prof Zubairi dalam cuitan di akun twitternya, Selasa 9 November 2021. Menurutnya, varian ini sangat menular dan memberi risiko kematian sehingga bisa dinilai lebih ganas.

"Yang harus diketahui dari AY.4.2: Lebih menular daripada induknya, Delta. Menyumbang banyak kasus baru di Inggris, amat sedikit di Amerika, dan Malaysia. Membawa risiko rawat inap dan kematian," tuturnya.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Ada pun Prof Zubairi menilai warga Eropa harus khawatir dengan penyebaran varian tersebut. Di Indonesia, Prof. Zubairi berharap agar varian ini tak masuk dengan menjaga ketat pintu perbatasan.

"Eropa harus khawatir. Indonesia tak perlu panik. Waspada. Perketat pintu perbatasan," tegasnya.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Di kesempatan berbeda, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa varian ini sudah mulai terdeteksi di negara tetangga, Malaysia. Namun, Indonesia belum mendeteksi varian tersebut.

Ilustrasi jaga jarak/virus corona/COVID-19.

Photo :
  • Freepik

"AY.4.2 sudah ditemukan di Malaysia, tetapi belum atau tidak terdeteksi di Indonesia sampai sekarang. Dan kita melakukan genome sequencing antara 1.500 sampai 1.800 sebulan," ujar Menkes Budi.

Penyebaran Varian AY.4.2

Dikutip dari laman Newsweek, AY.4.2, sebuah cabang dari varian Delta, telah menjadi berita utama dalam beberapa minggu terakhir karena penyebarannya yang cepat di Inggris Raya di mana sekarang menyumbang sekitar 12 persen dari sampel sekuensing baru.

Ini diidentifikasi oleh mutasi utama baru pada protein lonjakannya yakni A222V dan Y145H. Sementara studi ke AY.4.2 masih berlangsung, beberapa ilmuwan telah menyarankan mungkin lebih baik menyebar daripada versi Delta sebelumnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui AY.4.2 dalam laporan epidemiologi mingguannya pada tanggal 26 Oktober, mencatat bahwa lebih dari 26.000 kasus telah dilaporkan dari 42 negara pada waktu itu. Melacak varian saat menyebar bukanlah tugas yang mudah. Namun, ada fluktuasi besar dalam penyebaran AY.4.2 yang dilaporkan, khususnya di Amerika Serikat.

Apa yang perlu diketahui dari varian ini?

Dikutip dari laman Hindu Business Line, AY.4.2 adalah sub-garis keturunan dari varian Delta dari virus SARS-Co-V-2, atau B.1.617.2. Sub-garis keturunan ini mengandung dua mutasi pada protein lonjakannya. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) telah memberikan Delta sub-garis keturunan AY.4.2 nama resmi VUI-21OCT-01. Delta, pertama kali diidentifikasi di India pada Oktober 2020, menjadi penyebab lonjakan kasus dan kematian di India awal tahun ini.

Ilustrasi virus.

Photo :
  • Pixabay

Haruskah kita khawatir tentang varian ini?

Menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris (sebelumnya Public Health England), proporsi AY.4.2 terus tumbuh perlahan. Sampai sekarang, tidak ada dasar biologis untuk peningkatan penularan AY.4.2, sebagaimana dinilai secara epidemiologis, dan pemeriksaan lebih lanjut sedang berlangsung. Namun demikian, varian Delta dengan mutasi pelarian kekebalan sedang dilacak oleh agensi.

Apakah vaksin efektif terhadap AY.4.2?

Buletin mingguan INSACOG mengatakan efektivitas vaksin tampaknya tidak berbeda untuk AY.4.2, dibandingkan dengan varian Delta lainnya. INSACOG adalah konsorsium dari 28 National Laboratories di India untuk memantau variasi genomik SARS-CoV-2.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya