Atasi Impor Obat, Wamenkes Dante: Fitofarmaka Harus Jadi Fokus Utama

Ilustrasi vitamin/obat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Pemerintah menegaskan pengembangan Fitofarmaka menjadi fokus utama dalam mengatasi impor obat. Fitofarmaka sendiri merupakan obat dari bahan alami yang telah melalui proses uji klinis sehingga memiliki khasiat setara dengan obat kimia. 

5 Tips Aman dan Nyaman Mudik untuk Ibu Hamil, Jangan Lupa Konsultasi ke Dokter Kandungan

Wakil Menteri Kesehatan, dr. Dante Saksono Herbuwono, menyebut beberapa Fitofarmaka yang telah dikembangkan dan diproduksi di Indonesia yakni untuk immunomodulator, obat tukak lambung, antidiabetes, antihipertensi, obat untuk melancarkan sirkulasi darah, dan obat untuk meningkatkan kadar albumin. 

Selain itu, ada pula Fitofarmaka yang akan dikembangkan yakni obat pelancar ASI, antihiperlipidemia-kolesterol, hepatoprotektor, pengobatan nyeri sendi, diare, peningkatan fungsi kognitif, percepatan penyembuhan luka, mengurangi nyeri haid, serta obat untuk meredakan gejala batuk - pilek. Menurut Dante, pengembangan Fitofarmaka memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak. 

MA Amerika Serikat Batasi Peredaran Pil Aborsi

"Prosesnya tentu tidak sederhana, butuh proses analisis, proses penelitian dan ini akan melibatkan berbagai macam sektor untuk bekerja sama secara sinergis. Baik dengan peneliti, industri, perguruan tinggi, dan Kemenkes," ujarnya pada Forum Nasional Kemandirian Farmasi dan Alat Kesehatan dalam rangka menyambut Hari Kesehatan Nasional, baru-baru ini.

Ilustrasi vitamin, obat, suplemen

Photo :
  • Freepik/freepik
Kombinasi Pengobatan Kanker Paru dengan Imunoterapi Janjikan Harapan Hidup Lebih Tinggi

Pengembangan Fitofarmaka di Indonesia sejalan dengan Instruksi Presiden No 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Namun, setelah 5 tahun instruksi tersebut diterbitkan, pengembangan Fitofarmaka seakan jalan di tempat. 

Dari sekitar 11.218 tanaman obat yang tercatat oleh Kementerian Kesehatan, baru ada 26 Fitofarmaka menurut data Kemenkes atau 35 Fitofarmaka yang terdaftar menurut Nomor Izin Edar dari Badan POM RI.

Berdasarkan NIE dari BPOM RI sebanyak 23 produk Fitofarmaka didaftarkan oleh PT Dexa Medica, 8 produk dari PT Ferron Par Pharmaceuticals, 2 produk dari PT Phapros, dan 2 produk dari PT Royal Medicalink Pharmalab. Produk Fitofarmaka saat ini juga dikenal dengan sebutan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).

Sekretaris Perusahaan Indofarma Wardjoko Sumedi mengatakan, potensi pengembangan Fitofarmaka di Indonesia terbuka lebar di tengah upaya untuk memasukan kategori produk farmasi ini dalam Formularium nasional (FORNAS).

"Potensi Fitofarmaka ke depan akan sangat bagus karena Fitofarmaka akan diupayakan masuk ke dalam FORNAS sebagai upaya pengobatan promotif dan preventif," kata dia kepada wartawan, Selasa 9 November 2021. 

Dia menjelaskan, sejauh ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun telah memberikan dukungan untuk pengembangan Fitofarmaka. Contohnya dengan membuat kebijakan dan regulasi untuk percepatan pengembangan dan pemanfaatan Fitofarmaka.

Wardjoko pun berharap, ke depannya Fitofarmaka bisa menjadi produk farmasi asli Indonesia yang digunakan dalam layanan kesehatan formal dan yang mampu dijangkau oleh banyak kalangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan penyembuhan pasien

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis dan Saintifik Dexa Group, Dr Raymond Tjandrawinata mengungkapkan, pengembangan Fitofarmaka bisa mengantisipasi terjadinya supply shock seperti yang sempat dialami industri farmasi di Indonesia pada awal pandemi COVID-19. 

"Itulah kata kunci yang harus disepakati bahwa urgensi untuk membangun kemandirian ini tidak bisa ditawar lagi, urgensi ini bisa dibangun bersama. Sebagian produk ini juga telah diekspor ke mancanegara dan diresepkan oleh para dokter di mancanegara. Justru dalam keadaan COVID-19 ini, sekarang kita memikirkan lebih lanjut untuk kemandirian bahan baku obat,” tegas Raymond. 

Sejak awal 2000, Dexa Group telah membangun industri bahan baku obat herbal di Indonesia. Perusahaan tersebut telah mengembangkan bahan baku obat herbal dari biodiversitas yang hanya ada di Indonesia dengan basis riset dan juga didukung dengan medical evidence based.

"Dengan bukti klinis inilah sekarang menghasilkan produk lebih lanjut di pabrik farmasi yang ada sehingga dihasilkan OMAI atau Obat Modern Asli Indonesia dengan status Fitofarmaka," imbuh Raymond.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya