Cegah Lonjakan COVID-19, Libur Nataru Jangan Pada Mudik

Ilustrasi traveling, pulang kampung, mudik
Sumber :
  • Pixabay/Pexel

VIVA – Pemerintah diketahui telah menyiapkan langkah strategis untuk menekan mobilitas penduduk pada periode Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Hal ini dilakukan mengingat berdasarkan pengalaman Nataru tahun sebelumnya pergerakan atau mobilitas penduduk dapat berpotensi menyebabkan lonjakan kasus COVID-19. 

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Salah satu langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan penerapan PPKM Level 3 di seluruh Indonesia. Aturan PPKM level 3 ini berlaku mulai 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022 mendatang.

Selain itu, pemerintah juga akan melakukan pembatasan mobilitas masyarakat dari 24 Desember 2021 sampai 2 Januari 2022 dengan melarang pekerja untuk cuti atau ke luar kota.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan larangan cuti atau libur pada momen libur Natal dan Tahun Baru 2022 tidak hanya berlaku bagi PNS, namun juga berlaku bagi karyawan swasta. Tujuannya untuk meminimalisir pergerakan yang tidak mendesak.

"Larangan cuti atau libur bagi ASN, TNI, Polri, karyawan BUMN, maupun swasta selama libur akhir tahun. Dimana dilakukan peniadaan cuti bersama di tanggal 24 Desember 2021 dan larangan pengambilan jatah cuti di akhir tahun. Hal ini semata-mata dilakukan untuk meminimalisir pergerakan masyarakat yang tidak mendesak," kata Wiku dalam konferensi pers di YouTube Sekretariat Presiden baru-baru ini.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Penyekatan Mudik Lebaran 2021

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Di tengah rencana pemberlakukan PPKM Level 3 yang akan dilaksanakan selama sepekan mulai bulan depan, ternyata membuat sejumlah masyarakat tidak bisa pergi ke kampung halamannya untuk merayakan Natal dan Tahun Baru 2022 bersama keluarga besar mereka. Hal ini juga harus dialami oleh Edward, pegawai swasta di Jakarta Timur.

Dia terpaksa harus kembali menunda rencananya menikmati Natal di kampung kedua orang tuanya, di Tiga Dolok dan Tarutung, Sumatera Utara. Diungkap Edward Natal tahun ini menjadi Natal kedua baginya dan keluarga tanpa tradisi mudik karena pandemi COVID-19. Edward mengaku dirinya memilih mengikuti aturan pemerintah demi menjaga dirinya dan keluarga besarnya.

"Rencana ada mudik sama keluarga tapi karena PPKM. Kita ikutin saja imbauan pemerintah," kata dia kepada VIVA, Senin 22 November.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Dion, mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas negeri di Depok Jawa Barat. Dia harus kembali merayakan Natal di kostan-nya seorang diri lantaran rencananya untuk mudik ke Surabaya harus tertunda karena aturan PPKM level-3 yang akan diberlakukan mulai 24 Desember mendatang.

Meski begitu, Dion mengaku masih bersyukur bisa menikmati Natal meski hanya melalui sambungan jarak jauh.

"Ya sebagai mahasiswa kita juga harus ambil peran memberikan contoh kepada masyarakat untuk tidak egois, tidak mudik untuk menjaga keluarga kita dan diri kita sendiri. Sekarang untungnya kan ada teknologi, kita bisa menikmati Natal ya meski hanya lewat sambungan zoom," ujar dia.

Meski sebagian memilih untuk mengurungkan niat mereka mudik, namun nyatanya masih ada beberapa masyarakat masih memiliki keinginan untuk pulang ke kampung halamannya. Misalnya saja, Astrid salah satu pekerja kantoran yang berniat untuk pergi ke Solo, Jawa Tengah demi bisa merayakan Natal bersama keluarganya.

Astrid mengaku bahwa sudah satu tahun lamanya dirinya tidak bisa merasakan Natal bersama dengan keluarganya. Hal ini membuatnya berencana untuk pulang ke Solo tahun ini.

"Rencananya mudik cuman kan katanya gak bisa kemana-mana. Jadi liat sikon, tapi ada rencana mau mudik duluan sebelum PPKM karena kan sekarang kantor masih WFH," kata dia kepada VIVA.co.id baru-baru ini.

Hal serupa juga akan dilakukan oleh Devi salah satu pedagang bubur yang ada di kawasan Cijantung Jakarta Timur. Dirinya yang tidak merayakan Natal memilih untuk mudik bersama sang suami lantaran ingin menghabiskan waktu liburan bersama sang anak yang tinggal di Tegal, Jawa Tengah.

"Kan yang dilarang kan pegawai, kita kan pedagang ya jadi mau pulang sih," kata dia.

Prediksi lonjakan kasus COVID-19 di momen libur Nataru

Ilustrasi virus corona/COVID-19.

Photo :
  • Freepik/pikisuperstar

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19, Sonny Harry B Harmadi, mengungkapkan pihaknya memprediksi akan ada lonjakan kasus COVID-19 sebesar 430 persen pada libur Nataru. Lonjakan kasus tersebut diprediksi akan bertahan hingga Maret 2022 mendatang. Lonjakan kasus tersebut bisa terjadi kata Sonny jika masyarakat abai terhadap protokol kesehatan.

"Upaya terbaik adalah dukungan masyarakat. Jangan halu dulu, terus patuhi protokol kesehatan, pandemi belum berlalu cepat," kata dia dalam Katadata x Google News Initiative 'Jangan Halu, Pandemi Belum Berlalu', Senin 22 November 2021 kemarin.

Apa kata ahli terkait fenomena masyarakat yang masih nekat pergi ke kampung halaman untuk merayakan momen Nataru bersama keluarga besar?

Di sisi lain, Epidemiolog dari University of Griffith, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa masih adanya masyarakat yang tetap mudik ke daerah untuk menghabiskan waktu libur Nataru sulit dihindari.

"Bahwa ada sebagian masyarakat yang tidak peduli akan melakukan aktivitasnya sebelum PPKM itu sulit dihindari dan akan terjadi," kata Dicky kepada VIVA, Senin 22 November 2021.

Oleh karena itu, kata dia penting untuk melakukan upaya mitigasi. Dimana upaya mitigasi seperti PPKM ini harus diberlakukan secara berkelanjutan.

"Upaya mitigasi perburukan situasi akibat Nataru atau potensi pergerakan masyarakat ini tidak bisa hanya dilakukan pada satu segmen waktu, sifatnya harus berkelanjutan. Itulah sebabnya saya mendukung penerapan PPKM sesuai leveling saja, sesuai indikator epidemologinya dia di level 1, 2, 3 tapi ada pengetatan pada momen keramaian itu, ketika penyelenggaraan itu hari tertentu diperkuat dengan larangan berkerumun, melakukan acara dan sebagainya," ungkap dia.

Dijelaskan oleh Dicky penting juga untuk melakukan penguatan protokol kesehatan di tempat-tempat fasilitas umum.

"Tapi secara keseluruhan dari sekarang sampai nanti pas pasca Nataru upaya dengan mitigasi 3 T (Testing, Tracing, dan Treatment) pembatasan kapasitas, 5 M (Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, Mengurangi mobilitas), vaksinasi itu yang ditingkatkan termasuk bahwa ada penguatan protokol kesehatan ada beberapa tips mitigasi  penularan yang bisa dilihat di lokasi destinasi," ungkap Dicky.

Memasuki masa rawan Nataru sebagaimana libur-libur besar lainnya, beberapa hal yang sangat prinsip yang bisa dilakukan untuk mencegah perburukan situasi khususnya untuk masyarakat umum adalah mengedukasi masyarakat untuk menggunakan masker dimanapun dan dalam situasi apapun.

"Pertama virus ini ditularkan melalui udara maka, kewajiban memakai masker dimanapun saat situasi seperti ini termasuk ketika di rumah merasakan bahwa ada orang, ada tamu, atau saat kita merasa tidak enak badan, menjadi suatu keharusan," ujar Dicky.

Selain itu, penting juga bagi masyarakat untuk memilih dan menggunakan masker yang tepat yang mana penggunaan masker harus menutupi hidung dan mulut. Kemudian membatasi mobilitas interaksi juga dinilai sangat penting.

"Sehingga pilih kegiatan yang sifatnya esensial saja. Dan utamakan, fokuskan aktivitas di dalam rumah ataupun kalau harus keluar sifatnya yang bukan indoor," ungkap dia.

Kemudian upaya mitigasi lainnya adalah dengan membatasi kapasitas, interaksi dengan sedikit orang. Misalnya melakukan interaksi dengan orang-orang yang sudah mendapatkan vaksinasi secara lengkap. Selain itu, upaya mitigasi lainnya juga bisa melakukan tes rapid antigen ketika ingin menggelar suatu acara.

"Bila misalnya mengadakan satu acara yang memungkinkan dari sisi aturan di wilayah itu, kurang dari 20 orang akan sangat baik melakukan rapid tes antigen karena itu akan sangat mengurangi potensi orang yang terlibat dalam aktivitas walaupun dalam skala kecil membawa virus rapid tes antigen ini sangat penting," ungkap Dicky.

Selain itu, upayakan peningkatan kualitas sirkulasi ventilasi udara di rumah, di tempat kerja dan juga menjadi kewajiban pengelola gedung, mal, rumah makan untuk meningkatkan sirkulasi udara.

"Bila dimungkinkan menggunakan hepafilter akan sangat baik bahkan uv c sudah terbukti membantu, kombinasi ini dimana tempat ini memungkinkan melakukannya akan sangat baik," kata dia.

Terakhir sangat yang sulit dalam situasi keramaian, kata Dicky untuk melakukan secara efektif menjaga jarak termasuk upaya mitigasi lainnya. Oleh karena itu, ungkap Dicky masyarakat harus bijak dalam memilih kegiatan yang sifatnya urgensi.

"Lokasi daerah yang ramai termasuk misalnya berbelanja ke pasar, termasuk dalam hal ini selektif memilih atau mengajak anak-anak atau orang tua di atas 60 tahun atau komorbid. Kecuali hal esensial anak sekolah itu menjadi hal yang esensial," kata dia.

Dicky juga mengungkap salah satu upaya penting untuk meredam dan mencegah situasi perburukan situasi pandemi adalah peran serta semua pihak dalam hal ini tentu perlu juga ada fungsi monitoring dan peran aparat tidak hanya TNI Polri tapi juga aparat termasuk Pol PP untuk mengingatkan pentingnya aturan ini ditaati. Dia menyebut perlu ada sanksinya yang sifatnya memberikan edukasi dalam hal ini bisa harus mengingatkan orang lain untuk memakai masker dan sebagainya.

"Karena dalam situasi saat ini ada edukasi, adanya literasi sangat penting untuk meraih simpati agar penduduk semakin terobsesi termotivasi untuk taat pada perilaku hidup baru yang memang sebetulnya lebih sehat, sesuai upaya kita untuk mencegah perburukan situasi pandemi ini," ujar Dicky.

Pengetatan di pintu masuk

Penerapan protokol kesehatan COVID-19 di Bandara Soekarno Hatta.

Photo :
  • VIVA/Sherly

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Ari Fahrial Syam mengatakan pemerintah harus menekan dan mengendalikan terus penyebaran virus corona sampai akhirnya hilang kasusnya. Kuncinya, bagaimana menjaga pintu-pintu masuk ke Indonesia secara ketat. Jangan sampai, kata dia, ada lagi virus varian baru yang masuk ke Indonesia nantinya.

"Misalnya, orang yang masuk ke Indonesia itu harus PCR dan dilakukan karantina selama 5 hari, itu harus ditegakkan dulu. Terpenting, protokol kesehatan harus diperhatikan. Syarat standar naik pesawat misalnya, sekarang bicara Jawa-Bali tidak perlu pakai PCR tapi swab antigen. Yang penting itu tegak dan PeduliLindungi," ujar Pakar Kesehatan UI ini

Jadi, kata dia, pemerintah harus konsisten menegakkan aturan menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk menekan laju penyebaran kasus corona lagi. Misalnya, dalam PeduliLindungi ketika belum divaksin dua kali itu harus ditegaskan tidak boleh berangkat. 

"Intinya adalah law enforcement dan pengawasan protokol kesehatan harus konsisten, kalau tidak konsisten jebol kita. Kalau itu tidak dijaga dengan baik, ya jebol terutama pintu-pintu masuk ke Indonesia. Jangan sampai ada varian baru masuk. Selama pintu-pintu masuk dijaga ketat, Insya Allah kasus-kasus yang dicurigai itu tidak masuk di Indonesia," jelas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya