Waspada Penularan Varian Corona, Ini 7 Tips Pencegahannya

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Pixabay/geralt

VIVA – Perkembangan varian COVID-19 terbaru yakni B.1.1.529 memicu kekhawatiran baru menjelang akhir tahun ini yang diduga adanya gelombang ketiga di Tanah Air.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Terlebih, WHO sudah menggolongkannya dalam kategori kewaspadaan tertinggi, yaitu variant of concern (VOC).

Dalam penjelasan Ahli Paru yang juga Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama, berdasar rekomendasi WHO's Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Virus Evolution (TAG-VE), dan diberi nama Omicorn. Yang menjadi oertimbangan utamanya adalah karena banyaknya mutasi yang terjadi hingga puluhan.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Ada yang mengatakan 30 di spike protein dan ada juga yg menyatakan sampai 50 total mutasi. Ini adalah mutasi terbanyak virus COVID-19 selama ini, dan sebagian mutasi ini adalah baru ("novel")," katanya dalam keterangan tertulis pada VIVA.

Lebih dalam, Prof Tjandra menyebut bahwa sejauh ini mutasi yang amat banyak ini dikhawatirkan berhubungan dengan 3 hal antara lain penyebaran yang cepat (nampaknya sudah terjadi di Afrika), kemungkinan infeksi ulang, dan Serangan pada sistem imun.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

"Karena 30 mutasi terjadi di spike protein, sementara vaksin biasanya bekerja melakui spike protein, maka memang ada kekawatiran tentang dampak varian baru ini pada efikasi vaksin," ujar dia.

Saat ini, kata Prof Tjandra, produsen vaksin sedang menelitinya, setidaknya Moderna dan Astra Zeneca (di Botswana) dan tentu akan diikuti produsen vaksin lainnya, termasuk yang digunakan di Indonesia.

Namun, masih perlu beberapa minggu untuk memastikan ada tidaknya (dan seberapa besar) dampak varian baru ini pada 5 hal, penyebaran, beratnya penyakit, infeksi ulang, apakah PCR dan rapid antigen masih dapat digunakan dan dampaknya pada vaksin

Selain di beberapa negara Afrika maka varian ini juga sudah dilaporkan dari Belgia di Eropa dan Hongkong di Asia, jadi sudah lintas benua di dunia. Makin banyak negara yang memberlakukan aturan restriksi khusus bagi masuknya orang asing dari negara terjangkit.

Adapun yang sudah membuat aturan pengetatan (dalam berbagai bentuknya) adalah Inggris, Uni Eropa, Singapore, Japan, Malaysia, Philippines, Israel, Turkey, Egypt, Dubai, Saudi Arabia, Bahrain, Jordan, Amerika Serikat dan Kanada.

Maka, ada 7 hal yang baik dan seyogyanya dilakukan Indonesia untuk antisipasi varian baru ini:

1. Menata ulang aturan masuknya pengunjung dari negara terjangkit, dengan setidaknya secara rinci mencek riwayat perjalanan, karena bisa saja sekarang datang dari negara aman misalnya tapi beberapa hari sebelumnya berkunjung ke negara terjangkit memberlakukan karantina dengan lebih ketat amat meningkatkan jumlah pemeriksaan WGS pada pendatang.

2. Juga meningkatkan WGS di dalam negeri pada umumnya, sebaiknya dapat sampai beberapa puluh ribu pemeriksaan seperti dilakukan India 

3. Amat mewaspadai kalau ada klaster kasus diberbagi Kab/Kota, artinya surveilans berbasis Lab harus amat ditingkatkan.

4. Meningkatkan jumlah test agar semua Kab/Kota melakukan test sesuai jumlah minimal WHO, jangan hanya angka nasional

5. Melakukan telusur pada semua kontak dari seorang kasus, setidaknya sebagian besar, kalau ditetapkah hanya 8 orang yg ditelusur maka pada berbagai keadaan mungkin belum cukup

6. Meningkatkan vaksinasi agar 55% rakyat Indonesia yang belum mendapat vaksin memadai (2 kali) segera mendapatkannya, apalagi Lansia. Dalam hal ini perlu dicari mekanisme terbaik agar laju vaksinasi yang diberitakan menurun dapat meningkat dengan nyata.

7. Selalu mengikuti perkembangan ilmiah yang ada, yang mungkin berubah amat cepat, dan semua keputusan harus berdasar bukti ilmiah "evidence-based decision making process".

"Untuk kita anggota masyarakat luas maka tetaplah ketat menjaga protokol kesehatan, 3M dan 5M, periksakan diri bila ada keluhan dan atau kontak dengan seseorang yang sakit (apalagi kalau datang dari negara terjangkit) dan segera divaksinasi," tutur Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya