Imunisasi Rendah, KLB Difteri Terjadi di Beberapa Daerah

Ilustrasi anak sakit.
Sumber :
  • freepik/lifeforstock

VIVA – Program imunisasi di Indonesia sebelumnya sudah berjalan baik. Namun, pandemi COVID-19 selama dua tahun terakhir turut berdampak pada program rutin imunisasi, terutama pada bayi, balita dan anak usia sekolah.

2 Keuntungan Bisa Didapat Konsumen dari Konsep Ini

Hal itu disampaikan oleh Plt. Dirjen P2P, dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS. Dia menyampaikan, cakupan imunisasi rutin untuk imunisasi dasar lengkap mengalami penurunan sejak 2020 sampai 2021 ini. 

"Khusus 2021, imunisasi dasar lengkap ini sampai Oktober baru mencapai 58,4 persen dari target 79,1 persen. Dan diharapkan sampai akhir tahun mestinya target kita harus 65 persen," ujarnya saat temu media yang digelar virtual, Selasa 30 November 2021. 

Sering Dialami Anak-Anak dan Mudah Menular, Apa yang Perlu Dilakukan Untuk Cegah Gondongan?

Menurut Maxi, cakupan imunisasi juga terjadi kesenjangan antar provinsi. Di mana beberapa provinsi bisa mencapai target, sementara yang lain belum. 

Imunisasi - vaksin DPT Difteri Tetanus Pertusis

Photo :
  • ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Dokter Anak Internasional Gelar Workshop Champion Imunisasi, Ini Manfaatnya untuk Anak Indonesia

"Kita perlu apresiasi beberapa provinsi meskipun masa pandemi bisa jadi contoh. Seperti Banten yang bisa mencapai 78,8 persen lebih sedikit dari target nasional. Kemudian Sulawesi Selatan mendekati 78, kemudian Bengkulu, Sumatera Selatan, Bali, Gorontalo, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Timur, Jambi. Itu yang di atas 60 persen. Dan ini mestinya jadi pembelajaran bagi provinsi lain," kata dia. 

Dampak dari cakupan imunisasi yang rendah dan tidak merata, kata Maxi, akan menimbulkan akumulasi populasi yang rentan, sehingga orang yang bersangkutan tidak akan kebal dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, seperti BCG, polio, difteri pertusis tetanus, hepatitis, campak dan rubella

"Apalagi dua tahun terakhir cakupannya rendah dan tidak merata. Itu berpotensi menimbulkan kerawanan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap penyakit-penyakit tadi, yang mestinya bisa dicegah dengan imunisasi," ungkapnya. 

"Seperti saat ini sudah ada KLB difteri di beberapa daerah, yang saya kira sudah pernah terekspos di Kalimantan Barat. Kemudian, terkait juga dengan campak dan rubella yang ada di beberapa provinsi," tambahnya. 

Ilustrasi vaksin.

Photo :
  • Pixabay/Ann_San

Oleh karena itu, Maxi berharap kesenjangan di beberapa provinsi harus ditutup dengan melakukan imunisasi. 

"Memang waktunya tinggal sebulan, tetapi saya kira masih ada waktu tahun depan untuk mengejar gap-gap ini, terutama kita juga mempersiapkan bulan imunisasi anak sekolah," tuturnya. 

"Tentu yang kami harapkan, pelaksanaan imunisasi rutin ini harus kita kejar target. Pengalaman 2020 dan 2021 ini menjadi pengalaman yang baik bagi kita untuk mulai mengejar kegiatan imunisasi rutin dan program esensial lainnya," imbuh dr. Maxi Rein Rondonuwu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya