Pengendara Lawan Arah di Jalan Tol Demensia, Waspadai Gejalanya

ilustrasi demensia.
Sumber :
  • Pixabay/jarmoluk

VIVA – Baru-baru ini viral, seorang pengendara mobil melawan arus dan membawa kendaraannya dengan kecepatan tinggi di Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR). 

Kemenkes Ungkap Calon Dokter Spesialis Alami Depresi hingga Mau Bunuh Diri

Peristiwa itu berakhir dengan kecelakaan. Mobil tersebut menabrak tiga kendaraan. Meski ditetapkan sebagai tersangka, si pengemudi tidak ditahan dengan alasan menderita demensia sehingga tidak sadar dengan tindakannya sendiri. 

Lalu, apa itu demensia dan seberapa parah penyakit yang kerap disebut sebagai pikun ini?

Bahaya Microsleep yang Menghantui Para Pengendara dan Penyebab Kecelakaan, Ini Gejalanya

Ilustrasi pikun.

Photo :
  • www.lensaindonesia.com

Spesialis neurologi, dr. Nurul Rakhmawati, SpN, menjelaskan, demensia merupakan penyakit yang menyerang otak dan dapat memburuk dari waktu ke waktu. 

Persiapan Mudik Bawa Anak, Waspada Gejala dan Pertolongan Pertama

"Demensia merupakan penyakit degeneratif progresif, jadi berhubungan dengan usia. Semakin bertambahnya usia, semakin lama makin buruk. Namun, demensia ini bisa diperlambat proses perburukannya," ujarnya dalam tayangan Hidup Sehat tvOne, Kamis 2 Desember 2021. 

Lebih lanjut dokter Nurul menjelaskan mengenai gejala-gejala dari demensia. Pertama, diawali dengan sering lupa. 

"Diawali dengan lupa-lupa ringan, lupa naro barang. Kemudian lebih lanjutnya bisa disertai dengan gangguan perilaku. Jadi pasien sering ngomong sendiri, misalnya pasien melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain (halusinasi)," terang dia. 

Namun menurut Nurul, penyakit ini tidak bisa diprediksi atau dideteksi sejak awal.

Ilustrasi demensia.

Photo :
  • U-Report

"Berdasarkan referensi, itu ternyata pemeriksaan ada namanya amyloid beta, protein di dalam otak, itu tidak disarankan untuk cek rutin atau cek untuk mencegah. Jadi, balik lagi pencegahannya pola hidup sehat," kata dia. 

Nurul lebih lanjut menyarankan, jika kita memiliki anggota keluarga yang menderita demensia, mendampinginya secara khusus sangat dibutuhkan. 

"Kemudian kita sebagai care giver atau orang yang mendampingi atau keluarga, ini memerlukan pendampingan khusus, itu diperlukan. Kaya diskusi-diskusi ringan, pasien diinget-ingetin yang ringan, agar otaknya bekerja terus," kata dr. Nurul Rakhmawati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya