Waspadai 3 Gejala Varian Omicron Ini, Beda dengan COVID-19 Biasa

Virus Omicron
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Akhir November lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan varian B.1.1.529 yang terdeteksi di Afrika Selatan sebagai "variant of concern" SARS-CoV-2. Dalam rapat yang digelar di Genewa Jumat kemarin WHO juga menjelaskan bahwa varian B.1.1.529 yang disebut Omicron itu menunjukkan varian berbahaya yang dapat menyebar dengan cepat.

Pentingnya Deteksi Dini: Gejala Awal serta Faktor Risiko Kanker Serviks yang Harus Diwaspadai

Hingga saat ini sejumlah negara diketahui telah melaporkan sejumlah kasus varian Omicron, termasuk di Asia Tenggara. Hingga akhir pekan lalu, Malaysia, Singapura melaporkan ada temuan kasus varian Omicron.

Dengan ditemukannya sejumlah kasus varian omicron tentu membuat masyarakat perlu waspada. Lantas apa yang perlu diketahui mengenai varian omicron ini? Gejala apa yang perlu Anda perhatikan?

5 Fakta Penting tentang Penyakit FLUTD pada Kucing

Dilansir dari laman The Sun, para ahli mengatakan bahwa Omicron mungkin sulit dikenali, karena mungkin tidak sejelas jenis sebelumnya. National Health Service (NHS) Inggris mengatakan bahwa batuk terus-menerus, suhu tinggi dan kehilangan rasa dan bau adalah gejala utama COVID-19.

Namun, Profesor Tim Spector, dari Kings College London dan kepala aplikasi ZOE Symptom Tracker telah lama menyerukan agar daftar gejala resmi diperbarui karena ia mengatakan COVID sekarang muncul sebagai gejala seperti pilek.

61 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Surabaya, Kenali Gejala-gejalanya

Data dari aplikasi menyatakan bahwa orang yang dites positif sekarang paling sering melaporkan sakit kepala, pilek, sakit tenggorokan dan bersin. Tapi apa tiga gejala yang paling sering dikaitkan dengan Omicron?

COVID-19 varian Omicron

Photo :
  • The Straits Times

Dokter yang pertama kali membunyikan alarm tentang Omicron mengatakan dia mendorong untuk pengujian jenis baru, setelah pria muda yang datang ke klinik tidak memiliki tanda-tanda klasik COVID.

Seorang praktisi swasta dan ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr Angelique Coetzee,  menjelaskan gejala utama Omicron antara lain:
- Kelelahan
- Pegal-pegal
- Sakit kepala

Coetzee menggambarkan satu "kasus yang sangat menarik" dari seorang gadis enam tahun yang memiliki "suhu dan denyut nadi yang sangat tinggi", namun ini hanya satu kasus anekdot.

Dokter, yang juga di Komite Penasihat Menteri untuk Vaksin, mengatakan kepada Reuters bahwa tidak seperti Delta yang dominan, sejauh ini pasien belum melaporkan kehilangan penciuman atau pengecapan.

Sangat penting bahwa jika Anda merasa memiliki COVID-19, Anda menjalani tes dan isolasi karena ini akan mencegah lebih banyak orang tertular virus tersebut.

Para ahli secara global masih berusaha mempelajari lebih lanjut tentang bug tersebut, seberapa menularnya dan seberapa efektif vaksin.

Dr Harries mendesak orang-orang untuk memakai masker sesuai dengan pedoman pemerintah, termasuk di toko-toko dan di transportasi umum.

"Sangat mungkin kami akan menemukan lebih banyak kasus dalam beberapa hari mendatang seperti yang kami lihat di negara lain secara global dan saat kami meningkatkan deteksi kasus melalui pelacakan kontak terfokus. Itulah mengapa sangat penting bagi siapa pun yang memiliki gejala COVID-19 mengisolasi dan mendapatkan tes PCR segera,” kata dia.

Pemerintah telah mendesak Inggris untuk maju ke depan untuk vaksin booster mereka dalam upaya untuk memerangi varian. Akhir pekan lalu, terungkap bahwa suntikan booster COVID akan melindungi dari Omicron.

Data baru membenarkan keputusan Inggris untuk menawarkan Pfizer atau Moderna sebagai pilihan ketiga. Dalam uji coba tujuh penguat, dua suntikan mRNA memicu kenaikan terbesar dalam antibodi COVID.

Relawan mengalami hingga 32 kali lonjakan tingkat protein pelindung. Para ahli juga mengamati pasien yang diberi Pfizer atau Modern mengalami peningkatan tajam pada sel T, yang juga melawan virus, dengan membunuh sel yang terinfeksi COVID.

Peneliti utama Profesor Saul Faust, dari University Hospital Southampton NHS Foundation Trust, mengatakan respons imun yang luas berarti booster kemungkinan akan mengatasi Omicron dengan baik.

Untuk diketahui, hingga saat ini virus COVID-19 masih ada di sekitar kita termasuk di Indonesia. Maka dari itu penting bagi masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, dengan menerapkan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas).

Dengan menerapkan protokol kesehatan diharapkan masyarakat dapat melindungi diri dan orang lain dari paparan COVID-19. Selain itu, pemerintah saat ini juga telah menjalankan vaksinasi COVID-19.

Program vaksinasi juga menjadi salah satu langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia. Vaksinasi COVID-19 dilakukan agar terbentuk Herd Immunity (kekebalan kelompok) secara cepat.

Dengan herd immunity diharapkan bisa melindungi masyarakat dari kesakitan dan kematian akibat COVID-19. Herd Immunity sendiri bisa dicapai melalui dua cara yakni secara alami dan buatan.

Herd Immunity yang dibentuk secara alami terjadi ketika kita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu setelah tertular. Hal ini memicu sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi terhadap kuman yang menyebabkan infeksi di dalam diri kita.

Pasalnya, antibodi seperti pengawal khusus yang hanya mengenali kuman tertentu. Jika kita kembali terinfeksi, antibodi yang menangani kuman sebelumnya bisa menyerang penyebab infeksi tersebut sebelum menyebar dan membuat kita jatuh sakit.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya