Kolom Prof Tjandra: TB Harus Dieliminasi dari Indonesia Tahun 2030

Prof Tjandra Yoga Aditama
Sumber :
  • Dokumentasi Prof Tjandra

VIVA – Menurut Global TB Report 2021 maka Indonesia adalah penyumbang kasus tuberkulosis (TB) terbesar ke 3 di dunia, sesudah India dan Tiongkok. Report yang sama juga menyebutkan bahwa Indonesia adalah penyumbang ke dua terbesar turunnya aktifitas penemuan kasus TB akibat perhatian tersedot ke COVID-19, artinya harus ada "catch up plan" agar kasus yang luput ditemukan dan diobati dapat di temukan untuk dua tujuan, disembuhkan dan dicegah penularannya pada orang lain.

Prof Tjandra: Ramai Kasus Depresi di Kalangan PPDS, Ini 5 Rekomendasi Tindak Lanjut Perlu Dilakukan

Di sisi lain, Presiden Jokowi sudah mencanangkan bahwa TB harus dieliminasi dari Indonesia di tahun 2030, sembilan tahun lagi dari sekarang, bahkan sudah dikeluarkan Peraturan Presiden No 67 tahun 2021 untuk penanggulangan Tuberkulosis menuju eliminasi ini. Untuk itu tentu perlu ekstra kerja keras di semua lini. Sehubungan dengan hal ini maka pada 3 Desember 2021 saya berkesempatan mengikuti kegiatan skrining TB yang diselenggarakan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Panjang - Lampung, Wilayah Kerja pelabuhan Feri Bakauheni.

Dari kegiatan di KKP Panjang - Bakauheni ini saya dapat tiga hal penting. Pertama, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) selama ini kita kenal sebagai unit kesehatan yang menjaga pintu masuk negara (untuk COVID-19 dll.), tetapi ternyata mereka juga melakukan kegiatan untuk menangani penyakit menular secara umum, tentu pada wilayah kerja pelabuhan mereka. Ini menunjukkan bahwa cakupan masalah kesehatan memang amat luas.

Bersama Lawan TBC: Buku Pedoman Kemitraan Percepatan Penanggulangan TBC Diluncurkan WKPTB

Ke dua, sepanjang 2021 KKP Panjang di Lampung sudah melakukan skrining pada 600 orang dengan data kuesioner faktor risiko yg cukup lengkap, termasuk yang di pelabuhan Bakauheni ini. Saya langsung  koordinasikan dengan teman-teman Dokter Spesialis Paru RS Abdoel Moeloek/Universitas Lampung untuk menganalisa data ini yang akan dapat punya luaran ilmiah dan juga akan memperkuat program TB kita. Memang seringkali kita punya banyak data yang memang baiknya diolah secara ilmiah untuk menjadi "evidence-based decision making process", dan juga menjadi karya ilmiah teman-teman akademisi. 

Ke tiga, akan baik kalau berbagai Unit (termasuk Universitas, Politeknik Kesehatan, Laboratorium dll. milik pemerintah dan swasta) juga melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung eliminasi TB 2030, dikerjakan bersama-sama Dinas Kesehatan di masing-masing daerah dan atau Kementerian Kesehatan di tingkat pusat. 

Bisa Sebabkan Depresi, Inilah Mengapa Pasien TBC Butuh Pendampingan Psikologis

Tentu saja yang perlu bergerak bukan hanya kalangan kesehatan. Keberhasilan eliminasi TB akan ditentukan oleh dua hal, pertama kerjasama lintas sektor baik pemerintah pusat dan daerah serta ke dua adalah peran sentral masyarakat, baik melalui berbagai organisasi maupun berbagai lapisan masyarakat luas. Hanya dengan kerja keras kita semualah maka TB dapat dieliminasi dari bumi Nusantara tercinta

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kepala Balitbangkes Kemenkes
 

Ilustrasi batuk.

Perkembangan Terbaru Pengobatan TBC Resisten Obat, Bikin Cepat Sembuh dengan Obat Ini!

Perkembangan terbaru dalam pengobatan TBC memberikan harapan baru dengan penggunaan obat jenis BPaL (Bedaquiline, Pretomanid, dan Linezolid) yang disarankan oleh WHO.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024