Varian Omicron Lebih Rentan Intai Anak dan Balita?

Anak dan COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Varian Omicron sudah kian menyebar di sejumlah negara dan membuat kekhawatiran baru jelang akhir tahun. Terlebih, para pakar khawatir kemampuan varian baru COVID-19 itu mengintai kelompok anak lantaran belum divaksin secara menyeluruh.

Kemenkominfo Menggelar Nobar Webinar "Mengenal Literasi Digital Sejak Dini"

Saat para ilmuwan mengumpulkan lebih banyak data tentang strain super, satu tanda yang mengkhawatirkan adalah bahwa itu dapat menginfeksi anak-anak pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Data berasal dari Afrika Selatan, tempat varian Omicron memicu gelombang keempat secara tiba-tiba. Varian tersebut sekarang mendominasi di negara itu, namun masih belum jelas bagaimana sifat varian tersebut dari satu negara ke negara lain.

Biadab! Israel Eksekusi Anak Palestina Beramai-ramai dari Usia 4-16 Tahun

Tetapi para ahli Inggris mengatakan itu berpotensi masalah besar yang harus kita hadapi. Alasannya cukup kuat, sebab masih banyak anak-anak yang belum bisa diberikan vaksin COVID-19.

Anak-anak sampai sekarang sebagian besar tidak terpengaruh oleh virus, hanya menderita penyakit ringan di sebagian besar kasus.

Jelang Lebaran, Irish Bella Ajarkan Anak Cara Bedakan Nominal Uang THR

Pada tahap ini, masih belum jelas bagaimana kemunculan Omicron akan mengubah keadaan tersebut. Tetapi gejala umum COVID-19 telah sedikit berubah melalui pandemi sebagai tanggapan terhadap varian baru dan vaksin.

Gejala pada Anak
Dokter yang pertama kali membunyikan alarm tentang varian Omicron mengklaim bahwa itu menyebabkan gejala yang berbeda. Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr Angelique Coetzee, mengatakan gejala utama Omicron yang dia lihat pada pria muda adalah Kelelahan, nyeri tulang, dan Sakit kepala.

Dokter Coetzee menggambarkan satu kasus yang sangat menarik dari seorang gadis enam tahun. Bocah itu awalnya memiliki suhu dan denyut nadi yang sangat tinggi. Namun, berubah menjadi normal dalam beberapa hari

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Pixabay/Tumisu

Ini mungkin tanda-tanda yang harus diwaspadai pada anak Anda, meski ini hanyalah satu kasus. Tetapi, dokter Coetzee yang juga anggota Komite Penasihat Menteri untuk Vaksin, mengatakan bahwa tidak seperti Delta, sejauh ini pasien terinfeksi Omicron belum melaporkan kehilangan penciuman atau pengecapan.

Senada, seorang spesialis kesehatan masyarakat di provinsi Gauteng, Ntsakisi Maluleke, mengatakan kepada Reuters bahwa banyak pasien melaporkan gejala seperti flu "tidak spesifik" seperti tenggorokan gatal. Maluleke mendesak orang tua untuk tidak menganggap enteng gejala seperti flu dan melakukan tes.

"Gejala anak-anak seperti memiliki penyakit ringan," tehas Maluleke.

Di sisi lain, pendapat berbeda menyebutkan bahwa varian asal Afrika Selatan itu bisa menyebabkan gejala ringan dan berat pada anak. Pakar dari Rumah Sakit Akademik Chris Hani Baragwanath, Soweto, Dr Rudo Mathivha, menjelaskan bahwa anak-anak mungkin memiliki gejala lebih berat daripada yang ditimbulkan varian sebelumnya.

"Kami sekarang melihat mereka [anak-anak] datang dengan gejala sedang hingga parah yang membutuhkan oksigen tambahan, membutuhkan terapi suportif, perlu tinggal di rumah sakit selama beberapa hari," terangnya.

Adapun Otoritas Kesehatan Nasional mencantumkan tiga gejala utama COVID-19 pada anak-anak dan orang dewasa sebagai berikut suhu tinggi, batuk baru yang terus menerus selama lebih dari satu jam, atau 3 atau lebih episode batuk dalam 24 jam, serta kehilangan atau perubahan indra penciuman atau pengecap.

Para ahli di aplikasi ZOE COVID Symptom Study telah mendesak orang tua untuk mencari tanda-tanda umum lainnya pada anak-anak termasuk kelelahan, sakit kepala,  demam, sakit tenggorokan, kehilangan nafsu makan.

Anak-anak dengan Risiko Lebih Tinggi
Bukti yang datang dari Afrika Selatan menunjukkan rumah sakit melihat jumlah pasien muda COVID-19 yang sangat tinggi akibat varian Omicron. Terbukti, lebih banyak balita dirawat di rumah sakit di Afrika Selatan daripada yang pernah terlihat sebelumnya dalam pandemi, kata kepala kesehatan.

Meskipun tidak jelas pada tahap awal ini apakah anak-anak lebih rentan terhadap jenis ini, para ahli mengatakan itu mungkin. Tetapi bisa juga karena anak-anak dan orang dewasa yang lebih muda belum ditawari vaksin COVID-19 sebanyak orang dewasa.

Apalagi dengan bukti bahwa jumlah anak di gelombang ini lebih banyak dibandingkan gelombang sebelumnya. Para pakar melihat lebih banyak anak di rumah sakit daripada sebelumnya.

"Tapi itu mengkhawatirkan. Ada yang berubah tentang virus yang sekarang menyerang anak balita, dan kita tidak tahu apa itu," ujar seorang ahli matematika dan profesor penelitian operasional di University College London, Prof Christina Pagel.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya