Varian Omicron Belum Terdeteksi di Indonesia, Benarkah?

COVID-19 varian Omicron
Sumber :
  • The Straits Times

VIVA – Hingga 5 Desember 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkonfirmasi varian omicron sudah terdeteksi setidaknya di 45 negara. Beberapa negara tersebut termasuk Singapura dan Malaysia yang mengkonfirmasi adanya kasus tersebut di akhir pekan lalu.

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Hingga saat ini, Rabu 8 Desember 2021 pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengungkap bahwa varian Omicron belum terdeteksi di Indonesia. Lantas mungkinkah varian ini benar-benar belum terdeteksi di Indonesia?

Terkait hal itu, Direktur Pascasarjana YARSI, dan Guru Besar FKUI, Prof. Tjandra Yoga Aditama menjelaskan menjelaskan ada dua hal terkait belum ditemukannya varian Omicron di Indonesia.

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Pertama kata dia, memang varian tersebut benar-benar belum masuk ke Indonesia. "Kita mesti liat di Indonesia belum ada mungkin karena dia belum ada," kata dia dalam acara VIVATalk, Rabu 8 Desember 2021.

Kedua kata dia, bisa saja varian omicron belum terdeteksi lantaran belum terdeteksi. Untuk mendeteksi varian omicron sendiri kata dia harus melalui pemeriksaan genom sequence.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Namun sayangnya, kata Prof Tjandra, berdasarkan data Whole Genomic Sequence dunia, data pemeriksaan genom sequncing di Indonesia masih berada di angka 9.000an. Angka ini jauh dibawah sejumlah negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak seperti India.

"Jumlah pemeriksaan genom sequence kita belum terlalu banyak. eberapa hari yang lalu Indonesia sudah mengupload 9000an sequence di WGC. Afrika Selatan sudah 23 ribu padahal penduduknya lebih sedikit dari Indonesia. Kalau mau bandingin 11 12 dengan Indonesia, yakni India sudah upload 80 ribu kalau penduduk Indonesia 1/4 penduduk India maka Indonesia harusnya bisa 20 ribu," kata dia.

Prof Tjandra berharap agar pemeriksaan genom sequencing di Indonesia bisa ditingkatkan.

"Waktu awal kita menemukan delta yang baru diperiksa 400 sekarang naik 20-25 kali. tapi dibandingkan dengan India harus bisa banyak. Jadi kalau jumlah pemeriksaannya ditingkatkan bisa saja bisa ketemu. Walau datanya belum lengkap dari beberapa laporan gejalanya ringan jangan-jangan gejala ringan tapi tidak terdeteksi kan," kata dia.

Untuk diketahui, hingga saat ini virus COVID-19 masih ada di sekitar kita termasuk di Indonesia. Maka dari itu penting bagi masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, dengan menerapkan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas).

Dengan menerapkan protokol kesehatan diharapkan masyarakat dapat melindungi diri dan orang lain dari paparan COVID-19. Selain itu, pemerintah saat ini juga telah menjalankan vaksinasi COVID-19.

Program vaksinasi juga menjadi salah satu langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia. Vaksinasi COVID-19 dilakukan agar terbentuk herd immunity (kekebalan kelompok) secara cepat.

Dengan herd immunity diharapkan bisa melindungi masyarakat dari kesakitan dan kematian akibat COVID-19. Herd Immunity sendiri bisa dicapai melalui dua cara yakni secara alami dan buatan.

Herd immunity yang dibentuk secara alami terjadi ketika kita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu setelah tertular. Hal ini memicu sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi terhadap kuman yang menyebabkan infeksi di dalam diri kita.

Pasalnya, antibodi seperti pengawal khusus yang hanya mengenali kuman tertentu. Jika kita kembali terinfeksi, antibodi yang menangani kuman sebelumnya bisa menyerang penyebab infeksi tersebut sebelum menyebar dan membuat kita jatuh sakit.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya