Varian Omicron Turunkan Efikasi Vaksin, Ini Kata Ahli

Petugas medis perlihatkan dosis vaksin COVID-19 Moderna (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • Fajar Sodiq/VIVA.

VIVA – Jumat 26 November 2021 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan varian B.1.1.529 yang terdeteksi di Afrika Selatan sebagai "variant of concern" SARS-CoV-2. Dalam rapat yang digelar di Genewa Jumat kemarin WHO juga menjelaskan bahwa varian B.1.1.529 yang disebut Omicron itu menunjukkan varian berbahaya yang dapat menyebar dengan cepat.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Selain itu, diketahui pula varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan itu menyebabkan penyakit parah atau menurunkan efektivitas vaksin. Benarkah demikian? Direktur Pascasarjana YARSI, dan Guru Besar FKUI, Prof. Tjandra Yoga Aditama menjelaskan berdasarkan penelitian di Inggris jika sebelum ditemukannya varian Omicron, efikasi vaksin sempat menurun setelah ditemukannya varian Delta.

"Kalau turunnya masih tolerable ya masih bisa dipakai, contohnya pada waktu varian Delta ada penelitian di Inggris, sebelum ditemukan Delta, efikasi vaksin 95 persen setelah Delta efikasinya turun dari 95 persen ke 80 persen, batas untuk vaksin bisa digunakan adalah 51 persen. Kalau dari 95 turun jadi 80 ya masih bisa dipakai," kata dia dalam VIVATalk, Rabu 8 Desember 2021.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Namun, apakah varian Omicron ini juga dapat menurunkan efikasi vaksin, Prof. Tjandra menyebut, masih menunggu hasil penelitian yang kredibel.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat
Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Tapi itu kan Delta, ini kan Omicron mutasinya banyak, orang khawatir jangan-jangan lebih banyak turunnya tapi kita belum tahu, kita masih tunggu hasilnya dalam beberapa hari ke depan," kata dia.

Lebih lanjut, dengan adanya varian Omicron yang memiliki 50 mutasi di dalamnya, sejumlah produsen vaksin sudah mewanti-wanti jika adanya penurunan efikasi drastis dari vaksin COVID-19 yang sudah ada saat ini. Salah satunya dengan melakukan modifikasi vaksin.

"Hanya saja karena mutasi begitu banyak produsen vaksin sudah siap, sudah mewanti-wanti adanya penurunan efikasi sehingga jika turun mereka sudah mempersiapkan sehingga ketika turun dengan cepat mereka bisa keluarkan modifikasi vaksin. Vaksin COVID yang kita pakai saat ini Januari-Februari 2020 ditemukan bibit vaksin Desember 2020 ketemu vaksin pertama jadi butuh waktu satu tahun. Kalau memang harus modifikasi gak harus buat dari awal lagi produsen vaksin sudah siap kalau harus modifikasi vaksin dalam hitungan bulan," kata dia.

Lebih lanjut, Prof Tjandra mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi dengan vaksin yang tersedia. Sebab, hingga saat ini vaksin yang tersedia masih dinilai aman dan terbukti efikasinya untuk mencegah COVID-19 dan perburukan gejala.

"Kalau nanti terbukti cukup banyak. sekarang belum ada bukti nyata kita pakai vaksin yang sudah ada dan sudah terbukti aman dan efikasinya mencegah penyakit berat apalagi meninggal," kata dia.

Untuk diketahui, pemerintah terus mendorong program vaksinasi. Vaksinasi COVID-19 dilakukan agar terbentuk herd immunity (kekebalan kelompok) secara cepat.

Dengan herd immunity diharapkan bisa melindungi masyarakat dari kesakitan dan kematian akibat COVID-19. Herd Immunity sendiri bisa dicapai melalui dua cara yakni secara alami dan buatan. Herd immunity yang dibentuk secara alami terjadi ketika kita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu setelah tertular.

Hal ini memicu sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi terhadap kuman yang menyebabkan infeksi di dalam diri kita. Pasalnya, antibodi seperti pengawal khusus yang hanya mengenali kuman tertentu. Jika kita kembali terinfeksi, antibodi yang menangani kuman sebelumnya bisa menyerang penyebab infeksi tersebut sebelum menyebar dan membuat kita jatuh sakit.

Di sisi lain, masyarakat yang telah menerima vaksinasi juga harus tetap mematuhi protokol kesehatan, dengan menerapkan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya