Ahli Ungkap Bukti COVID-19 Omicron Super Menular

Ilustrasi virus corona COVID-19
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menuturkan bahwa masuknya varian COVID-19 Omicron di Indonesia patut diwaspadai. Menurutnya, kasus pertama yang terdeteksi di Wisma Atlet menjadi bukti kecepatan penularan Omicron.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Prof Tjandra menuturkan bahwa adanya temuan satu kasus Omicron di Indonesia beberapa waktu lalu membeberkan tiga fakta baru. Pertama, bahwa kasus tersebut terjadi di Wisma Atlet yang menurut Prof Tjandra seharusnya memiliki tingkat proteksi yang maksimal.

"Penularan dari pasien Wisma Atlet. Mestinya terjaga dong Wisma Atlet. Begitu terjaganya, tapi bisa tertular. Mestinya terjaga baik tapi Tn N bisa tertular. Nampaknya Omicron memang lebih mudah menular. Buktinya mereka bisa tertular," ujar Ahli Paru itu dalam kanal YouTube Yarsi TV, dikuti VIVA Kamis, 23 Desember 2021.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Maknanya, kata Prof Tjandra, bahwa warga di mana pun harus menjaga ketat 3M dan 5M. Sebab, di rumah sakit yang memproteksi dengan baik saja bisa tertular apalagi di lingkungan luar. Selain itu, Prof Tjandra juga mencurigai penularan yang mungkin terjadi di luar Wisma Atlet.

Ilustrasi virus corona/COVID-19.

Photo :
  • Freepik/pikisuperstar
Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Kemungkinan besar penularan dari pasien yang datang dari salah satu negara Afrika. Sudah ada penularan meski masih di dalam Wisma Atlet. Artinya, kemungkinan terjadi penularan bisa saja. Kita enggak tahu Tn N ini tinggal di Wisma Atlet aja atau ke mana aja. Awasi situasi," pesan Prof Tjandra.

Terakhir, Ahli Paru itu juga menyoroti kasus pertama Omicron yang tanpa gejala. Untuk itu, dibutuhkan tes agar dapat ditemukan kasus tersebut sehingga tak akan menyebar luas. Maka, peningkatan tracing patut dilakukan sesegera mungkin.

"Tes dilakukan maka ketemu. Kalau enggak dites enggak ketemu. Artinya tes ditingkatkan supaya kasusnya ketahuan. Ini beruntung ketahuan dan dikarantina. Kalau enggak dites bisa terus menularkan. Artinya tes ditingkatkan sehingga bisa dikendalikan agar tidak menular. Bukan tidak mungkin kasus ini bertambah," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya