Bukan Varian Baru, Pakar IDI: Florona Picu Kerusakan Imunitas Tubuh

Ilustrasi virus corona/COVID-19/masker.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Belum reda COVID-19 akibat lonjakan kasus oleh Omicron, kini muncul penyakit Florona yang ditemukan di Israel. Meski terbilang baru, virusnya sendiri sudah cukup dikenal yakni gabungan antara influenza dan virus corona.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban mengatakan bahwa florona bukan berasal dari virus baru. Kendati virusnya sudah cukup dikenal, namun itu berasal dari gabungan dua virus yang saat ini sudah menyebarluas.

"Yang perlu diketahui dari Florona. Pertama, Bukan varian baru. Kedua, Infeksi ganda COVID-19 dan Influenza," tutur Prof Zubairi dalam cuitan di akun Twitternya.

Salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, JK Ngaku Senang Lebaran Kali Ini Ramai

Prof Zubairi melanjutkan bahwa kasus pertama Florona sendiri ditemukan pada perempuan hamil di Israel. Dikutip dari laman The Health News, satu kasus florona diidentifikasi sebagai wanita hamil yang dirawat di institusi medis untuk melahirkan.

ilustrasi masker mencegah penularan influenza dan COVID-19

Photo :
  • Pixabay
2 Keuntungan Bisa Didapat Konsumen dari Konsep Ini

"Kasus pertama adalah perempuan hamil di Israel. Yedioth Ahronoth mengatakan perempuan itu tidak divaksinasi," imbuhnya.

Menurut laporan Israel, seorang wanita hamil di rumah sakit adalah salah satu orang pertama yang tertular COVID-19 dan influenza pada saat yang bersamaan. Tidak mengherankan bahwa koinfeksi semacam itu telah memicu ketakutan, mengingat risiko varietas Omicron dan peningkatan kasus Delta yang berkelanjutan.

Menurut laporan, dokter Israel telah melihat peningkatan infeksi influenza dalam beberapa pekan terakhir.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, adalah mungkin untuk terinfeksi kedua penyakit sekaligus dan memiliki gejala yang sama, termasuk batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala dan kelelahan. Meskipun gejalanya mungkin berbeda dari satu orang ke orang lain, keduanya bisa berakibat fatal jika tidak ditangani.

"Terindikasi merusak sistem kekebalan. Sedang dipelajari lebih lanjut," terang Prof Zubairi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya